RI Tiru Strategi Tes India, Menkes: Jangan Panik Kasus Covid-19 Naik

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) didampingi Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (8/2/2021). Rapat kerja tersebut membahas usulan penambahan anggaran Kementerian Kesehatan dengan total sebesar Rp134,46 triliun untuk penanganan COVID-19.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
9/2/2021, 15.32 WIB

Kementerian Kesehatan akan mengubah strategi pengetesan Covid-19 dengan meniru India. Perubahan strategi tersebut diprediksi akan berdampak pada lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu ke depan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pengetesan untuk orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 akan menggunakan tes usap (swab) antigen. Bila tes swab antigen menunjukkan hasil positif, orang tersebut akan dicatat sebagai kasus terkonfirmasi positif Covid-19.

"Saya sudah ingatkan ke Bapak Presiden Joko Widodo, ini strategi di India. Nanti yang akan terjadi, jumlah kasus akan naik karena lebih banyak yang terlihat. Saya bilang ke Bapak Presiden, Bapak, Ibu (anggota DPR) tidak usah panik," kata dia saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (9/2).

Tes swab antigen telah direkomendasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai langkah medis untuk mendeteksi virus corona. Meski begitu, standar emas pengetesan Covid-19 ialah menggunakan tes swab Polymerase Chain Reaction (PCR).

Namun, tes swab antigen memiliki kelebihan dapat dilakukan dengan cepat. Upaya testing membutuhkan kecepatan agar laju penularan Covid-19 bisa ditekan dengan segera.

Oleh karena itu, pemerintah akan mendorong pengetesan menggunakan tes swab antigen terhadap orang yang melakukan kontak erat. Cara ini dinilai lebih baik agar jumlah kasus virus corona yang tercatat sesuai dengan kondisi di lapangan. Dengan demikian, pemerintah bisa menerapkan kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.

Untuk mendukung pengetesan, pemerintah akan memperkuat penelusuran kasus pada komunitas di skala mikro dengan menggandeng Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtimbmas).

Babinsa dan Bhabinkamtimbmas akan dilatih oleh Puskesmas untuk bertugas sebagai penelusur kasus (tracer) di permukiman hingga skala desa, kelurahan, bahkan RT/RW. Pelatihan akan dimulai pada Rabu (10/2) besok.

Berikut adalah Databoks jumlah kasus Covid-19 di Indonesia:

 

Nantinya, Babinsa dan Bhabinkamtibmas akan menelusur 15-30 orang yang melakukan kontak erat dengan kasus Covid-19 selama dua minggu terakhir. Penelusuran kontak erat harus dilakukan dalam waktu 72 jam setelah ditemukan satu kasus positif Covid-19.

"Begitu sudah dapat orang-orang yang kontak erat ini, dites dengan swab antigen supaya cepat," ujar Budi.

Kemenkes pun akan menambah jumlah penelusur. Berdasarkan ketentuan WHO, jumlah penelusur yang harus dimiliki suatu negara ialah 30 tracer per 100 ribu penduduk.

Bila Indonesia memiliki 269 juta penduduk, artinya butuh 80 ribu penelusur yang tersebar di seluruh Tanah Air. Sementara, jumlah penelusur di Indonesia masih jauh dari standar WHO, yaitu 5 ribu orang.

Oleh karenanya, Budi bekerja sama dengan Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang berjumlah 60 ribu-80 ribu anggota di seluruh desa. "Jadi kami coba cara paling cepat, orang yang kenal daerahnya, kalau bisa sudah ada di sana. Kita suruh cepat dan disiplin, lalu dia jalan," katanya.

Untuk itu, Kemenkes menyiapkan anggaran testing untuk membeli peralatan tes swab antigen untuk puskesmas. Selain itu, transfer ke daerah akan dianggarkan lebih banyak sebagai insentif untuk para penelusur.

Adapun, rancangan anggaran diagnostik Covid-19 2021 sebesar Rp 13,76 triliun. Anggaran diagnostik ditujukan untuk proses pelacakan dan pengetesan.

Rancangan anggaran tahun ini mengacu pada perkiraan kasus positif Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 1,7 juta kasus hingga akhir 2021. Kemudian, 1,7 juta kasus itu dikalikan jumlah penelusuran sebanyak 15 orang serta dikali dengan harga tes swab antigen.

Di India, model testing dan tracing kasus Covid-19 memang berbasis komunitas, seperti yang dijelaskan Budi. Di Negeri Bollywood, semua orang dengan kontak erat dengan pasien Covid-19 akan dites swab antigen. Jika hasilnya positif, orang tersebut akan dicatat sebagai kasus Covid-19 dan diminta menjalani isolasi mandiri. Jika hasilnya negatif, maka orang tersebut akan dites ulang dengan PCR dan jika masih negatif, maka ia tidak akan diisolasi.

Dengan cara tersebut, India yang sempat menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Asia kini telah berhasil melandaikan kurva penularan virus corona. Bahkan, kasus aktif Covid-19 di India kini lebih rendah dibandingkan Indonesia.

Sementara di Indonesia, selama ini tes swab antigen hanya digunakan sebagai alat screening. Artinya, orang yang mendapat hasil positif dalam tes antigen tidak dicatat sebagai pasien Covid-19 dan belum diisolasi. Orang tersebut akan diarahkan untuk menjalani tes PCR dan jika hasilnya positif baru ia akan dicatat sebagai pasien Covid-19.

Reporter: Rizky Alika