Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi perekonomian negara-negara dunia. Bahkan, saking besarnya dampak pandemi hingga membuat banyak negara mengalami resesi ekonomi.
Sejumlah negara yang tahun ini mengalami resesi sebut saja mulai dari Korea Selatan, Jerman, Singapura, Perancis, Italia, hingga Amerika Serikat. Indonesia pun termasuk daftar negara yang mengalami resesi.
Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 terkontraksi hingga -2,07%. Angka ini menjadi catatan terburuk sejak kejadian krisis moneter 1998.
"Perekonomian Indonesia terkontraksi -2,19% pada kuartal IV-2020, dan sepanjang tahun terkontraksi -2,07%. Ini masih lebih sedikit lebih baik dari banyak negara lain di dunia," ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Economic Outlook 2021, Senin (8/2).
Ekonomi Indonesia sudah masuk jurang resesi sejak kuartal III-2020. Ini menyusul realisasi perekonomian yang berada di zona negatif yaitu -3,49%, setelah pada kuartal sebelumnya -5,32%.
Apa yang Dimaksud dengan Resesi?
Arti kata resesi bisa dimaknai sebagai pelambatan atau kontraksi besar dalam kegiatan ekonomi. Resesi dapat juga diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan.
Ekonom Julius Shiskin pada 1974 mendefinisikan pengertian resesi adalah penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjadi selama dua triwulan berturut-turut. Ini terjadi karena menurunnya kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Dalam praktiknya, resesi tidak hanya ditandai oleh penurunan PDB riil. Biro Riset Ekonomi Nasional Inggris (NBER) menyebutkan rangkaian indikator tersebut mencakup tingkat pekerjaan, pendapatan domestik bruto (GDI), penjualan eceran grosir, dan produksi industri.
Mengutip Business Insider, terdapat lima penyebab resesi:
1. Guncangan ekonomi. Peristiwa tak terduga yang menyebabkan gangguan ekonomi yang meluas, seperti bencana alam atau serangan teroris. Contoh terbaru, resesi yang melanda hampir semua negara adalah akibat Pandemi Covid-19.
2. Kehilangan kepercayaan konsumen
3. Suku bunga tinggi
4. Deflasi
5. Gelembung aset
Bagaimana Dampak Resesi?
Dampak resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi suatu negara. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Menurut NBER, jika resesi terjadi, angka pengangguran akan naik, kebiasaan belanja berubah, penjualan retail melambat, dan peluang ekonomi berkurang.
Ketika resesi terjadi, investasi bisa anjlok dan secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan. Melambatnya konsumsi akan membuat produksi manufaktur turun dan membuat angka PHK naik signifikan. Kondisi ini akan membuat angka pengaguran dan kemiskinan meningkat.
Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional. Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor seperti macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan, atau juga sebaliknya terjadi deflasi.
Neraca perdagangan yang minus akan berimbas langsung pada cadangan devisa. Akan banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah. Akan banyak bisnis yang terpaksa harus tutup. Ujungnya memungkinkan terjadinya krisis ekonomi.
Resesi ekonomi yang berlangsung lama bisa disebut depresi ekonomi. Suatu keadaan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi yang parah dan berkepanjangan. Penurunan drastis tingkat ekonomi akibat depresi parah atau hiperinflasi bisa membuat kebangkrutan ekonomi.