EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Bank Syariah Mampu Bertahan Hadapi Dinamika Pandemi

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
19/4/2021, 20.30 WIB

Pandemi Covid - 19 berdampak kepada berbagai sektor di Indonesia, tak terkecuali perbankan. Rata-rata industri mengalami penurunan akibat pandemi. Namun, tidak demikian bagi perbankan syariah.

Sektor keuangan berbasis syariah justru mengalami peningkatan dana. Faktor apa saja yang memengaruhi geliat kinerja perbankan syariah?

Fauziah Rizki Yuniarti selaku Peneliti ekonomi Islam dari INDEF menjelaskan, sejak adanya pandemi Covid-19, kehidupan masyarakat diliputi uncertainty (ketidakpastian), terutama tentang masa depan. Meski sudah ada vaksin untuk mengatasi pandemi virus corona tetapi efektifitasnya belum diketahui pasti. Dan kapan berakhirnya vaksinasi di Tanah Air juga belum diketahui secara pasti.

Kondisi semacam itu berimbas kepada ketidakpastian ekonomi. Alhasil, masyarakat lebih banyak berhati-hati dalam menggunakan uang mereka. Kehati-hatian ini membuat masyarakat lebih banyak menyimpan dana di bank, termasuk bank syariah.

Sikap masyarakat tersebut menyebabkan peningkatan dana di bank syariah. Meskipun hal itu bagus untuk pertumbuhan bank syariah, tetapi dalam situasi pandemi ini, orang-orang yang mempunyai anggaran lebih diharapkan agar lebih banyak membelanjakan uangnya sehingga perekonomian dapat berputar lebih baik.

Fauziah menjelaskan pula, walaupun pertumbuhan bank syariah lebih baik daripada bank konvensional pada era pandemi ini, tetapi secara keseluruhan masih belum bisa menyaingi bank konvensional. Dia mengimbuhkan bahwa hal semacam ini wajar. Pasalnya, awal geliat bank syariah terpaut sekitar 40 tahun dari bank konvensional.

“Saat ini produk bank syariah belum semenarik produk bank konvensional. Customer experience dari nasabah bank syariah pun belum bisa maksimal, jika dibandingkan dengan bank konvensional,” tutur Fauziah.

Padahal, imbuhnya, sekarang merupakan momen tepat untuk memacu digitalisasi perbankan. Pasalnya, hal ini menjadi pertimbangan dasar bagi nasabah milenial untuk memilih bank. Dan, hal lain yang perlu diperhatikan ialah agar bank syariah bisa lebih bersaing dengan bank konvensional dari segi marketing.

Fauziah berpendapat, dari segi marketing bank syariah juga bisa menonjolkan sisi sosialnya, selain dari sisi agama yang sudah melekat pada namanya. “Masyarakat ada yang lebih peduli kepada nilai-nilai sosial, daripada nilai agama,” ujar dia.

Mengutip pemberitaan Katadata.co.id dikemukakan bahwa kinerja bank-bank besar nasional benar terkena dampak pandemi Covid-19. Laba bank tercatat mengalami penurunan pada 2020. Namun, ini berbeda misalnya dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), yang justru dianggap mendapat durian runtuh.

Pada 2020, BSI mendapat konversi besar-besaran dengan Dana Pihak Ketiga sebesar 2 triliun, ini didapatkan dari adanya kebijakan projek ekonomi Provinsi Aceh. Sampai pada awal 2021, BSI sudah berhasil konversi sekitar Rp 12 triliun dari DPK Bank Konvensional Aceh. Ditambah dengan bergabungnya tiga bank syariah yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, dan Mandiri Syariah membuat BIS memiliki aset sekitar Rp 400 triliun atau dalam perbankan melonjak berada di posisi ke-7 secara nasional.