Gaduh Penelitian Vaksin Nusantara, Jokowi Sentil Para Politikus

ANTARA FOTO/HO/Setpres-Lukas/wpa/hp.
Presiden Joko Widodo (kiri) sebelum disuntik dosis kedua vaksin COVID-19 produksi Sinovac di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/1/2021). Jokowi sentil para politikus usai penelitian Vaksin Nusantara jadi gaduh.
20/4/2021, 18.36 WIB

 Presiden Joko Widodo turut mengomentari pengembangan Vaksin Nusantara yang bikin ramai belakangan ini. Jokowi heran penelitian vaksin Covid-19 malah jadi perdebatan politik.

Menurut Jokowi, pengembangan vaksin seharusnya berada di ranah ilmiah. Ia juga berharap seluruh pihak Bersatu dalam upaya mengakhiri penularan Covid-19. “Ini masak politikus, lawyer (pengacara) ngurusin vaksin, apa urusannya ?,” kata Presiden, Selasa (20/4) dikutip dari Antara.

 Jokowi sendiri mendukung penuh segala penelitian demi menangani pandemi. Dia mengatakan salah satu vaksin yang progres pengembangannya cukup positif adalah Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta enam perguruan tinggi.

“Meskipun mungkin baru 2022 selesai dan bisa digunakan,” katanya.

Sebelumnya sejumlah politisi mendatangi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto untuk menjalani uji klinis sebelum disuntik Vaksin Nusantara. Beberapa politisi yang datang untuk mengambil sampel darah antara lain Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional Saleh Partaonan Daulay, hingga politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu.

Dasco beralasan keikutsertaannya lantaran mendukung vaksin buatan dalam negeri. Ia juga meminta semua pihak tidak memperdebatkan antara satu vaksin dengan vaksin yang lain “Adanya Vaksin Nusantara akan menambah kekayaan vaksin, apalagi ini produksi dalam negeri,” kata Dasco.

Tak hanya mereka, dukungan terhadap vaksin yang dikembangkan Terawan Agus Putranto ini juga datang dari Politisi Golkar Aburizal Bakrie, Gatot Nurmantyo, hingga mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Padahal Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan lampu hijau bagi vaksin ini masuk uji fase ketiga. Mereka beralasan tim peneliti perlu melakukan koreksi atas pengujian vaksin dengan sel dendritik tersebut.

Belakangan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Kementerian Kesehatan menyepakati penelitian baru sel dendritik untuk peningkatan imunitas tubuh terhadap Covid-19.

Namun, penelitian tersebut bukan merupakan kelanjutan dari uji klinis Vaksin Nusantara karena harus merespons berbagai temuan BPOM. “Karena uji klinis fase I yang sering disebut Vaksin Nusantara ini masih harus merespons beberapa temuan BPOM yang bersifat critical dan major,” demikian keterangan resmi Dinas Penerangan TNI AD.

Reporter: Antara