Memasuki Ramadan, para pedagang kurma di berbagai daerah di Indonesia mulai bisa tersenyum. Pasalnya, dagangan mereka mulai mengalami peningkatan penjualan. Para pedagang musiman ini mengaku omset mereka naik hingga 40 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Kenaikan tersebut terpengaruh kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan secara ketat pada 2020. Penjualan kurma saat itu terjun bebas. Bahkan, beberapa pedagang mengaku hampir menutup usahanya.
Walau tak seramai bulan-bulan Ramadan sebelum pandemi Covid-19, para pedagang cukup bersyukur dengan peningkatan omset mereka. Pedagang kurma musiman di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat mengaku telah terjadi peningkatan penjualan 5 hingga 20 persen dibandingkan dengan hari biasa, dan meningkat 40 persen dari tahun lalu.
Pedagang kurma di Pematang Siantar, Sumatra Utara juga merasakan hal yang sama. Dozer, salah satu penjual kurma di Siantar mengakui, “Calon pembeli yang datang ke toko kami jauh berkurang drastis. Tapi, tahun ini lumayanlah karena ada pelonggaran, omzet penjualan menjelang Ramadan datang, jauh mengalami peningkatan”.
Harga kurma saat ini masih stabil namun harga bisa merangkak naik, apalagi menjelang Lebaran. Satu kardus kurma kualitas biasa dibanderol seharga Rp 400 ribu. “Kebanyakan warga mengambil langsung yang 10 kg, favoritnya jenis Golden Valley,” ungkap Dozer.
Diakui, Ramadan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya saat pandemi belum terjadi. Apalagi saat Kota Pematang Siantar menerapkan pembatasan sosial pada 2020, pembeli menjadi jauh berkurang.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dikutip dari Republika, terdapat kenaikan signifikan terhadap impor komoditas kurma sepanjang kuartai pertama 2021. Peningkatan impor terjadi seiring dengan datangnya bulan Ramadan pada April 2021, lazimnya permintaan buah kurma selalu melonjak.
Indonesia sendiri memasok komoditas kurma dari kawasan Timur Tengah. Negara pemasok terbesar adalah Mesir, Tunisa dan Arab Saudi.
Impor komoditas yang meningkat lainnya adalah susu dan bubuk krim dari Selandia Baru, gula mentah dari India, dan jeruk mandarin dari Tiongkok. Peningkatan impor komoditas-komoditas tersebut terkait dengan persiapan Idul Fitri pada Mei 2021.