Pemerintah terus berupaya untuk menangani hoaks atau berita bohong selama pandemi Covid-19. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat dan melabeli 1.733 hoaks terkait Covid-19 dan vaksin.
"Kemenkominfo telah mencatat dan melabeli 1.556 hoaks terkait Covid-19 serta 177 hoaks terkait vaksin Covid-19," kata Johnny di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (30/4).
Kabar seputar pandemi semakin marak menyebar lewat media sosial maupun percakapan digital. Untuk itu, pemerintah terus mengimbau masyarakat agar selalu merujuk pada sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Sumber informasi yang bisa dipercaya di antaranya dari lembaga kesehatan seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari situs pemerintah seperti Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Kementerian Kesehatan, kementerian/lembaga terkait, para ahli di bidangnya dan media massa yang kredibel.
Johnny juga mengajak masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan dengan menerapkan jaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau penyanitasi tangan. "Ini demi lindungi keluarga, lindungi negeri kita, dan akhiri Covid-19," ujar dia,
Menurut laporan yang didukung Google News, lebih dari 50 ribu cek fakta baru muncul di mesin pencari Google Search selama setahun terakhir.
Dalam laporan ini, tiga peneliti yakni Ethan Porter, Thomas Wood, dan Yamil Velez, menemukan bahwa koreksi dalam bentuk cek fakta dapat mengurangi efek misinformasi pada kepercayaan masyarakat seputar vaksin Covid-19. Cek fakta pun tidak hanya untuk kalangan profesional, orang biasa juga mencari bukti untuk mengkonfirmasi atau menyangkal informasi yang mereka ragukan.
“Penelusuran frasa ‘apakah benar..’ di Google lebih tinggi daripada ‘cara membuat roti..’. Penelusuran untuk ‘apakah benar..’ mencapai titik tertinggi sepanjang masa di seluruh dunia pada Oktober 2020,” tulis laporan Google yang dirilis Jumat (2/4).
Ada lima tips sederhana dari Google yang dapat membantu dalam mengenali misinformasi di internet dengan lebih baik. Pertama, cari tahu sumbernya lebih lanjut.
Jika Anda menemukan artikel atau cerita mengejutkan dari situs web yang sama sekali belum pernah Anda dengar, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengecek apakah sumbernya itu valid. Pengguna bisa menggunakan tools dari mesin pencari Google untuk mencari informasi lebih lanjut tentang suatu situs dengan meminta Google menghapus hasil penelusuran dari domain tersebut.
Kedua, cek apakah gambar digunakan dalam konteks yang benar. Kata pepatah, satu gambar bisa bermakna 1.000 kata. Namun, gambar juga bisa diambil di luar konteks atau diedit untuk menyesatkan orang yang melihatnya.
Mesin pencari Google memiliki alat untuk menelusuri gambar lebih lanjut, untuk mencari apakah gambar tersebut pernah digunakan sebelumnya, dan dalam konteks apa. Sehingga dapat diketahui jika makna gambar tersebut telah diubah dari aslinya atau tidak.
Ketiga, lihat liputan berita. Jangan terpaku hanya pada satu sumber. Lihat bagaimana dan apakah situs berita lainnya juga mewartakan peristiwa yang sama sehingga Anda bisa mengetahui gabaran besar dari peristiwa tersebut.
Keempat, tanyakan pada pengecek fakta. Pengecek fakta mungkin sudah pernah membahas cerita aneh yang Anda dapatkan dari orang lain atau grup chat, sehingga Anda bisa tahu kebenarannya.
Coba periksa topik mencurigakan di Fact Check Explorer yang mengumpulkan lebih dari 100 ribu verifikasi informasi dari penerbit berita kredibel di seluruh dunia, atau cekfakta.com yang merupakan kolaborasi 24 redaksi berita Indonesia yang dibentuk pada 2018.
Kelima, gunakan Google Maps, Earth, atau Street View untuk verifikasi lokasi. Cerita bohong tentang peristiwa yang terjadi di tempat yang jauh dapat cepat menyebar karena kurangnya pemahaman kita tentang lokasinya. Jika Anda ingin tahu apakah sebuah foto benar-benar diambil dari lokasi yang diklaim, coba periksa di Google Earth atau lihat Street View lokasinya di Google Maps.