Mengenal Pandemic Fatigue yang Picu Lonjakan Kasus Covid-19 Malaysia
Pemerintah Malaysia memberlakukan perintah kawalan pergerakan atau PKP di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur mulai 7 hingga 20 Mei 2021. Langkah ini dilakukan untuk mencegah peningkatan kasus harian Covid-19.
Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Ismail Sabri Yakoob mengatakan sejak 1 sampai 27 April 2021, Kementerian Kesehatan mencatat 17 klaster baru di Kuala Lumpur. “Jumlah kasus hariannya semakin meningkat,” katanya di Putrajaya, Rabu (5/5).
Aturan PKP tersebut serupa dengan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Indonesia. Pergerakan melintasi kota tidak diizinkan kecuali urusan kerja dan darurat. Jam operasional restoran, kedai, dan pasar dibatasi.
Masyarakat dilarang makan di restoran atau tempat makan lainnya. “Makanan haruslah dibungkus untuk dibawa pulang saja,” ujar Datuk Seri Ismail.
Sejak April, Malaysia mengalami peningkatan kasus infeksi virus corona. Jumlah kasusnya mencapai 61.984 pasien dan 255 kematian. “Kapasitas rumah sakit negara sedang berjuang,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah, dikutip dari The Sun, pada Selasa lalu.
Banyak rumah sakit di Klang Valley, Kuala Lumpur, melaporkan lebih dari 70% kapasitas tempat tidur di unit perawatan intensif atau ICU telah terisi. “Lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini antara lain disebabkan oleh pandemic fatigue (kelelahan akibat pandemi),” ujar Noor Hisham.
Masyarakat menderita kelelahan dan tidak lagi mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, aturan pembatasan gerak mulai melonggar, sektor ekonomi dibuka kembali, dan pertemuan massal diizinkan. Ini semua berkontribusi terhadap lonjakan kasus.
Kemarin, Malaysia mencatat tambahan 3.551 kasus baru. Kontribusi terbesar berasal dari wilayah Selangor (1.137 kasus), Kuala Lumpur (477 kasus), dan Sarawak (391 kasus). Total kasusnya mencapai 427.927 pasien dengan 33.762 kasus aktif.
Negeri Jiran mulai mengalami lebih dari tiga ribu kasus per hari sejak awal bulan ini. Selangor berkontribusi sekitar 25,5% dari total kasus Covid-19 di Malaysia.
Apa itu Pandemic Fatigue?
Pandemi corona sudah berlangsung selama lebih dari setahun. Lonjakan kasusnya terjadi pada Februari 2020 dan membuat berbagai negara melakukan lockdown atau pembatasan gerak masyarakat.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dalam publikasinya menuliskan pandemi yang terus-menerus terjadi dapat membuat orang menjadi demotivasi dalam melaksanakan protokol kesehatan. Kondisi inilah yang disebut pandemic fatigue. Ada pula yang menyebutnya pandemic burnout. Perilaku tersebut muncul secara bertahap dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh sejumlah emosi, pengalaman, dan persepsi.
Kelelahan pandemi terjadi di berbagai negara. Hal tersebut terlihat dari banyaknya orang yang tidak lagi mengikuti rekomendasi dan protokol kesehatan. Beberapa juga memiliki persepsi risko yang rendah terkait Covid-19.
Pesan inti untuk mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak menjadi kurang efektif. Pemerintah beberapa negara perlu melakukan pendekatan baru yang menyegarkan.
Penurunan motivasi seperti itu adalah wajar. WHO menyebut banyak masyarakat tidak bisa berlarut-larut mengadopsi gaya hidup yang berbeda sehingga merasa lelah dan demotivasi.
Ada tiga komponen yang mempengaruhi pandemic fatigue seseorang di saat pandemi. Pertama, persepsi ancaman virus yang menurun ketika orang mulai terbiasa dengan keberadaannya. Pada saat yang sama, kerugian yang dirasakan akibat pembatasan gerak cenderung naik karena konsekuensi sosial dan ekonomi dalam jangka panjang.
Kedua, dorongan untuk menentukan nasib sendiri dan kebebasan karena pembatasan gerak terus berlanjut dalam waktu lama. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari.
Terakhir, keadaan pandemi menjadi terasa normal. Orang-orang mulai terbiasa, bahkan dengan ancaman yang ditimbulkan. Perasaan berpuas diri ini dapat terjadi pada saat orang merasa lelah dengan pandemi.
Cara Atasai Pandemic Fatigue
Situs Halodoc pada Desember lalu memberikan empat tips untuk mengatasi kelelahan karena pandemi. Berikut caranya:
1. Renungkan dan terima
Bila merasa lelah, jengkel, tidak sabar, cemas, dan stres, terimalah bahwa semua ini normal. Perasaan tersebut adalah normal di masa sulit dan Anda tidak sendirian dalam hal ini. Banyak orang yang merasakan hal serupa.
2. Rutin berlatih pernapasan
Cara ini dapat mengurangi stres dan kecemasan. Mulai dari menarik napas dalam-dalam secara pelan dan kemudian embuskan secara perlahan pula. Latih pernapasan setidaknya tiga kali sehari dapat mengelola respon kecemasan pada tingkat fisik, fisiologis, dan mental.
3. Hindari doomscrooling
Doomscrooling adalah kecenderungan menelusuri media sosial terus-menerus, terutama untuk mencari berita negatif. Kebiasaan ini dapat menimbukan efek buruk ke mental dan psikis.
Aktivitas tersebut justru meningkatkan rasa takut, cemas, dan lelah. Matikan sejenak ponsel atau gawai Anda. Alihkan ke aktivitas lain, seperti membaca buku, mendengarkan musik, menonton film untuk menghibur diri.
4. Pulihkan energi
Istirahat merupakan obat mujarab untuk memulihkan diri. Bukan hanya tidur cukup. Lakukan aktivitas yang membuat Anda tenang, santai, dan menikmati hidup. Duduk di sofa sambil melakukan hobi bisa menjadi pilihan.