Meski mungkin asing terdengar, bubur bisa menjadi salah satu pilihan menu berbuka puasa. Tepatnya Bubur Blendrang yang biasanya hanya muncul saat Ramadan.
Mengutip dari Liputan6.com, bubur ini berasal dari Gunung Pring, Muntilan, Jawa Tengah. Cita rasanya khas, gurih dan pedas. Dibuat dari tepung gandum sebagai bahan utamanya.
Cita rasa Bubur Blendrang yang unik berasal dari campuran daging dan tulang. Kedua campuran tersebut dimasak bersamaan. Tulang yang dipakai bisa tulang ayam, sapi, atau kambing.
Bubur Blendrang yang dijajakan saat Ramadan dilakukan untuk mempertahankan kebiasaan turun temurun. Masing-masing penjual memiliki teknik yang berbeda dalam mengolah bubur sehingga hasil racikannya tak selalu sama.
Sebagian masyarakat meyakini jika Bubur Blendrang erat kaitannya dengan kisah Pangeran Diponegoro. Kala itu, Bubur Blendrang dijadikan makanan penghangat tubuh ketika pasukan Dipenogoro melaksanakan buka puasa.
Hal tersebut berdasarkan cerita yang dirunut dari pondok Pesantren Watu Congol yang sudah sangat tua di Gunung Pring, Muntilan. Adapun pendiri pesantren ini adalah Kyai Narowi Dalhar.
Kyai Narowi Dalhar lebih akrab dipanggil dengan ‘Mbah Dalhar’. Ia merupakan mursyid tarekat Syadziliyah. Mbah Dalhar dikenal sebagai panutan masyarakat. Ia lahir dalam lingkungan santri yang penuh ketaatan. Jika dirunut hingga eyang buyutnya, Mbah Dalhar masih ada keturunan dengan salah satu panglima perang pasukan Diponegoro.