Pesan Lebaran Menkes: Jaga Orang yang Dicintai dari Penularan Covid-19

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.
Sejumlah umat Islam melakukan silaturahmi Hari Raya Idul Fitri dengan keluarganya dengan menggunakan panggilan video secara daring di Jakarta, Kamis (13/5/2021).
Penulis: Antara
Editor: Sorta Tobing
13/5/2021, 13.11 WIB

Larangan mudik membuat kegiatan silaturahmi Lebaran tahun ini terasa berbeda. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kemenangan sesungguhnya di Idulfitri 1442 Hijriah adalah menjaga orang yang dicintai terhindar dari penularan Covid-19. 

“Kita menjadi pemenang ketika berhasil melindungi orang-orang yang kita cintai dari penularan Covid-19 dengan tidak mudik," katanya saat menyampaikan pesan Idulfitri secara virtual, Kamis (13/5).

Agar tetap terhubung dengan keluarga di kampung halaman, ia meminta masyarakat untuk memanfaatkan teknologi komunikasi. “Saya beserta seluruh keluarga besar Kementerian Kesehatan mengucapkan selamat Idulfitri 1 Syawal 1442 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin," katanya menutup tayangan video.

Hal senada juga disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono yang juga disampaikan secara virtual. "Kita masih harus menahan diri agar dapat membantu menurunkan kasus Covid-19," katanya.

Dante mengajak masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. "Meski wajah tak mampu saling berjumpa, tangan tak bisa menjabat, semoga dengan adanya teknologi komunikasi, kita dapat memanfaatkannya sebagai sarana penyambung tali silaturahim keluarga," katanya.

Lalu, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo berpesan agar masyarakat patuh pada protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah pusat hingga pengurus rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). "Semoga kita semua mendapatkan perlindungan dari Allah serta terhindar dari ancaman penyakit COVID-19 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” katanya. 

Sedangkan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah berpesan kepada masyarakat untuk menunda mudik.  "Bukankah Ramadan yang baru saja kita lalui mengajarkan tentang pentingnya menahan diri, menunda untuk melakukan sesuatu yang kita senangi,” ujarnya.

Penundaan mudik perlu dilakukan untuk memutus rantai penularan Covid-19 dan mengakhiri pandemi. "Kiranya akan lebih bijaksana jika kita menunda kebahagiaan sesaat demi terciptanya situasi yang lebih baik," katanya.

Dia mengingatkan penundaan mudik saat ini akan dapat mendorong terciptanya situasi yang lebih kondusif untuk bertemu keluarga di daerah asal di masa mendatang. "Kita menunda mudik demi mengakhiri pandemi," ucap Ida. 

Pemerintah telah melakukan peniadaan mudik yang berlaku selama 6 sampai 17 Mei 2021. Selain itu diberlakukan juga pengetatan syarat perjalanan yang berlaku 22 April hingga 5 Mei 2021 atau 14 hari sebelum masa larangan mudik dan 18 sampai 24 Mei 2021 atau tujuh hari usai larangan tersebut berlaku.

Menaker Ida juga telah mengeluarkan imbauan khusus yang meminta pekerja dan buruh swasta serta pekerja migran Indonesia (PMI) untuk tidak kembali ke kampung halaman selama larangan mudik itu berlaku.

Hasil survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) menunjukkan, ada perubahan rencana setelah aktivitas tersebut dilarang pemerintah. Mayoritas masyarakat atau 84,8% responden menyatakan batal mudik setelah adanya pelarangan oleh pemerintah, seperti terlihat pada Databoks di bawah ini. 

Masyarakat yang memilih tetap mudik terdorong perasaan rindu dan menekankan pentingnya silaturahmi dengan keluarga. Selain itu, mereka merasa perlu mudik pada Lebaran 2021 sebab telah absen pulang kampung pada tahun lalu. Mereka juga meyakini mudik tetap dapat berlangsung dengan protokol kesehatan 3M.