Bagaimana Pandemi Corona Mempengaruhi Mimpi Kita?

ANTARA FOTO/REUTERS/Marzio Toniolo/WSJ/cf
Marzio Toniolo Bianca Toniolo, 3 tahunm tersenyum saat melakukan video call dengan ibunya Chiara Zuddas, 32 tahun, yang melakukan isolasi mandiri di kamar tidur setelah bertemu dengan seseorang dengan penyakit virus korona (COVID-19), dalam foto yang diambil oleh ayah Bianca yang juga melakukan karantina di rumah dengan keluarganya di San Fiorano, Italia, Selasa (9/2/2021).
29/5/2021, 08.00 WIB

Pandemi corona sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Berbagai perubahan kebiasaan seperti memakai masker, menjaga jarak, hingga suasana jalanan yang sepi karena pembatasan aktivitas menjadi akrab dengan kehidupan sehari-hari.

Kondisi itu ternyata juga berdampak terhadap alam bawah sadar kita. Seorang psikolog di Harvard Medical School, Amerika Serikat, bernama Deirde Barret, telah mengumpulkan sekitar 15.000 gambaran mimpi dari survei yang dilakukan secara daring.

Dalam buku berjudul “Pandemic Dreams”, penelitian Deirde fokus pada gelombang pertama pandemi. Menurutnya, seperti dilansir dari BBC.com, saat awal pandemi banyak orang yang bermimpi tentang ancaman seperti serangan serangga atau tidak bisa bernapas.

Kemudian selama penutupan akses wilayah (lockdown) dan kegiatan belajar di rumah, mimpi yang umumnya terjadi ialah terjebak di penjara atau dipaksa mengikuti tes matematika dadakan.

Setelah sekitar enam bulan, Deirde menyadari jika ada peningkatan signifikan dari penggambaran mimpi tentang lupa memakai masker. Atau, berada di area publik dan melihat orang-orang tidak menggunakan masker.

Menurutnya, mimpi pada periode awal yang cenderung mengungkap ketakutan tertular virus kian berkurang. Hal ini seiring dengan meningkatnya mimpi tentang kecemasan sosial.

Valdas Noreika, pengajar psikologi di Queen Mary University of London bersama kolega mengumpulkan diari mimpi. Mereka mempelajari apakah pikiran tentang Covid-19 di siang hari mempengaruhi mimpi seseorang.

Menurut Valdas, hal-hal yang membangkitkan emosi secara kuatlah yang biasanya masuk ke dalam mimpi kita. Apabila seseorang sangat terancam dengan kondisi pandemi kemungkinan besar akan memimpikannya selama bertahun-tahun. “Menarik tapi juga menyedihkan,” katanya.

Mimpi Positif

Tema mimpi baru yang telah direkam Deirde adalah terkait vaksin. Setelah vaksinasi disetujui, hal itu terekam dalam mimpi tetapi hasilnya negatif. Ini masuk ke alam bawah sadar kita, perihal ketidaksukaan banyak orang terhadap suntikan.

Sejauh ini, dari hasil penelitian yang dilakukan Deirde, lebih dari 90 persen mimpi pandemi bersifat negatif. Namun, dalam beberapa bulan terakhir ada sejumlah kecil orang yang melaporkan mimpi positif tentang kehidupan setelah virus corona.

“Ada mimpi di mana lingkungan lebih baik, laut lebih bersih atau sampah berkurang,” katanya.

Selain mempengaruhi mimpi, pandemi juga menimbulkan sejumlah persoalan seperti trauma, kecemasan, hingga depresi. Berdasarkan survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), gejala kecemasan yang paling sering terjadi ditandai dengan kekhawatiran terjadinya hal buruk, cemas berlebihan, mudah marah, dan sulit untuk rileks. 

Sementara itu, dalam survei yang melibatkan 2.364 responden dari seluruh Indonesia ini terungkap, gejala depresif yang sering muncul ialah gangguan tidur, kurangnya optimisme, kelelahan, serta hilangnya minat.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan