Ledakan Kasus Covid-19 di Kudus, Satu-satunya Zona Merah di Pulau Jawa

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/aww.
Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 mengusung jenazah pasien positif COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (27/5/2021). Berdasarkan data dari Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 setempat, hingga 27/05/2021 atau dua pekan setelah lebaran jumlah kasus terkonfirmasi postif COVID-19 mencapai 822 orang yang sebelumnya 137 orang pada14/05/2021 dan menjadi kasus tertinggi di Jawa Tengah.
2/6/2021, 17.28 WIB

Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menjadi sorotan banyak pihak akhir-akhir ini karena kasus Covid-19 di daerah tersebut meningkat tajam usai Lebaran. Terbaru, kasus aktif Covid-19 di wilayah ini mencapai 1.232 orang. Bahkan sebanyak 189 tenaga kesehatan dinyatakan positif tertular virus corona.

Angka tersebut juga menjadikan Kudus sebagai satu-satunya zona merah Covid-19 di Pulau Jawa. "Kasus Covid-19 naik, Kudus tertinggi sehingga kami memberikan dukungan,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Selasa (1/6) dikutip dari Antara.

Dukungan diperlukan lantaran rumah sakit yang ada di Kabupaten Kudus mulai kewalahan menampung pasien corona. Salah satu yang disiapkan adalah RS dr Moewardi, Surakarta. “Ada yang sudah 100 persen (kapasitas terisi). Ini gawat, maka kami beri dukungan,” ujar Ganjar.

Bahkan lonjakan kasus corona ini juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Jokowi pada Senin (31/5) telah meminta laporan dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengenai penyebaran corona di wilayah tersebut.

“Khususnya laporan tentang Kudus, memang terjadi peningkatan baik konfirmasi positif maupun yang masuk rumah sakit,” kata Budi.

Budi tak menjelaskan apa penyebab kenaikan kasus di Kudus. Namun ia telah meminta adanya pemeriksaan sampel Covid-19 di wilayah tersebut untuk mendeteksi apakah penularan ini akibat mutasi baru corona.

“Kami telah meminta ada genome sequencing pada sampel (agar mengetahui) apakah karena mutasi baru,” katanya.

Sedangkan Ganjar mengaku telah memprediksi kenaikan kasus di Kudus lantaran adanya liburan dan kerumunan. Selain itu ia juga menyoroti kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan. “Itu sudah terprediksi,” ujarnya.

Hingga Jumat (28/5) Satgas setempat masih menemui dugaan pelanggaran prokes di tengah masyarakat. Beberapa di antaranya adalah pesta pernikahan tanpa mengenakan masker serta masih menyediakan makanan untuk dimakan di lokasi.

Oleh sebab itu sejumlah langkah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten kudus. Selain menambah jumlah tenaga kesehatan dan alat pelindung diri (APD) dari daerah lain, pembatasan pergerakan juga dilakukan.

Salah satunya adalah menutup beberapa pasar yang ada di kabupaten tersebut. Otoritas setempat juga menutup akses masuk Kudus, terutama dari arah Semarang.

"Kami perlu melakukan langkah, salah satunya dengan menutup akses masuk dan menyekat agar warga luar daerah untuk sementara tidak masuk ke Kudus," kata Bupati Kudus Hartopo pada 26 Mei lalu.

Sedangkan Pelaksana tugas Wakil Direktur Umum RSUD Loekmono Hadi Kudus Wahyu Wijanarko akan mengevaluasi standar pelayanan di ruang isolasi pasien. Meski demikian ia juga meminta masyarakat berperan dengan menjaga protokol kesehatan dengan ketat.

“Agar mengurangi yang datang ke rumah sakit, sedangkan yang ada di rumah sakt bisa dirawat semaksimal mungkin,” kata Wahyu.

Reporter: Antara

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan