Sepekan terakhir tren harian kasus Covid-19 terus melejit, seperti hari ini bertambah 9.994 orang. Lonjakan tersebut berimbas pada membeludaknya pasien di sejumlah rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran. Pemerintah pun memperbanyak kapasitas tempat tidur dan petugas kesehatan untuk menanganinya.
Walau telah ditambah, rasio keterisian rumah sakit darurat itu masih tinggi. Koordinator RSDC Wisma Atlet Mayjen TNI dr Tugas Ratmono mengatakan, tingkat hunian Wisma Atlet hari ini hingga 75,05 % atau 5.551 tempat tidur terpakai. “Kami siapkan tambahan 1.400 tempat tidur menjadi 7.394 buah,” kata Tugas dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (16/5).
Selain itu, pihak rumah sakit menambah jumlah petugas kesehatan. Dokter diperbanyak mencapai 198 orang, sementara perawat sekitar 400 orang.
Menurut Tugas Ratmono, petugas kesehatan di Wisma Atlet memiliki keterampilan di berbagai ruang perawatan. “Baik ruang rawat biasa, intermediate care, high care unit, IGD, dan ruang ICU transisi,” ujar dia.
Di sana, jumlah tambahan pasien dalam seminggu terakhir 500 - 600 orang per hari. Tambahan pasien tertinggi terjadi pada Minggu (13/6) dengan jumlah 625 pasien di hari itu. Dengan kondisi tersebut, petugas kesehatan di Wisma Atlet mesti bekerja ekstra.
Lonajakan kasus saat ini, kata Tugas Ratmono, sebenarnya sudah masuk prediksi sebelum Lebaran. Ketika itu jumlah keterisian Wisma Atlet sempat mencapai titik terendah, yaitu 900 tempat tidur atau hanya 15,02 % dari total 9.994 tempat tidur.
Tugas Ratmono berharap, penularan kasus Covid-19 bisa ditekan dari tingkat hulu. Sebab, “Kapasitas pasti ada keterbatasan. Oleh karenanya, sangat penting memutus rantai penularan di masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny B. Harmadi mengatakan, kenaikan kasus terjadi akibat libur panjang. “Walau orang menanyakan kemungkinan penularan lebih masif karena varian baru, tapi varian baru sudah ada sebelum libur panjang,” ujar Sonny.
Untuk itu, upaya mengerem penularan kasus corona perlu dilakukan. Pihaknya akan menerapkan sejumlah strategi, salah satunya mendorong penegakan protokol kesehatan.
Kemudian, membatasi mobilitas orang. Selain itu, pembatasan aktivitas masayrakat diterapkan, seperti mengurangi jumlah pekerja yang hadir ke kantor (work from office) menjadi 25% di zona merah. “Masyarakat bisa belajar kalau betul-betul melonggarkan protokol kesehatan, longgarkan mobilitas, dampaknya pada peningkatan kasus,” katanya.
Akibat virus corona sedang menganas, pemerintah yang semula bersiap untuk memulai pembelajaran tatap muka akan bertindak lebih hati-hati. Pada tahun ajaran baru Juli nanti, belajar dengan tatap muka belum berlaku di daerah yang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara mikro.
“Ada kemungkinan dalam melakukan PPKM itu berarti tidak bisa tatap muka terbatas,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI di Jakarta, Selasa (15/6).
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan