Pasien Covid-19 Terus Melonjak, RS Minta Tambahan Fasilitas Isolasi

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Petugas medis mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap merawat pasien Covid-19 yang menunggu di pelataran untuk mendapatkan tempat tidur perawatan di IGD RSDU Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu, (23/6/2021). Perhimpunan RS meminta pemerintah menambah fasilitas isolasi untuk pasien Covid-19.
23/6/2021, 12.33 WIB

Penyebaran Covid-19 tengah meningkat dalam beberapa minggu terakhir dan membuat pasien rumah sakit melonjak. Bahkan mereka meminta pemerintah menambah tambahan fasilitas isolasi demi mengurangi sesaknya fasilitas kesehatan.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G. Partakusuma mengatakan kapasitas tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Rumah Sakit (RS) Jakarta dan daerah lain juga tengah melonjak hingga mencapai 80%. Adapun, standar tingkat keterisian tempat tidur pasien menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ialah 60%. 

"Hingga Senin (21/6), rata-rata keterisian ruang ICU di Jakarta sudah mencapai 81%, sementara ruang isolasi terisi 89%. Jadi sudah tinggi banget," kata  Lia  saat dihubungi, Rabu (23/6).

Selain itu, peningkatan keterisian RS juga terjadi di wilayah lain. Di Jawa Tengah, rata-rata keterisian tempat tidur ruang ICU mencapai 67,5% dari kapasitas, sementara tempat tidur ruang isolasi mencapai 81,9%. Adapun, RS dengan tingkat keterisian tertinggi di Jawa Tengah berada di Kudus, Sragen, dan Brebes.

Sementara, rata-rata keterisian tempat tidur di Jawa Barat mencapai 83,8%. Tingkat keterisian tertinggi di Jawa Barat terjadi di Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kota Bandung.

Sedangkan, tingkat keterisian tertinggi di Jawa Timur berada di Surabaya, yaitu mencapai 90% dari kapasitas RS. "Itu termasuk RS swasta," ujar Lia.

Dengan keterbatasan tempat tidur tersebut, pasien hingga tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 kesulitan mencari tempat tidur kosong.  Untuk itu, Lia berharap ada tambahan fasilitas isolasi pasien Covid-19, seperti Graha Taman Mini  Indonesia Indah (TMII) serta hotel. 

Di sisi lain, sejumlah RS mulai selektif dalam memilih pasien Covid-19 yang harus dirawat agar bisa tetap menangani mereka yang kondisinya buruk. Sebagai contoh, pasien virus corona yang sudah tidak menunjukkan gejala akan dipersilakan rawat jalan, meskipun belum sembuh dari Covid-19. 

Selain itu, sejumlah RS juga merujuk pasien untuk mencari pertolongan di fasilitas lain yang masih memiliki kapasitas. "Karena tidak mungkin pasien di IGD terus, sementara ICU penuh. Pasti kita cari RS lain kalau ada," ujar dia.

Meski begitu, merujuk pasien ke fasilitas lain bukan menjadi hal yang mudah karena pasien enggan berpindah dan memilih bertahan di ruang IGD. Di sisi lain, ada pula pasien yang meninggal saat dalam perjalanan mencari alternatif RS lain. "Ini menyedihkan dan membuat rumah sakit traumatik," katanya.

Sementara, Satgas Penanganan Covid-19 meminta kepada pemerintah daerah mengoptimalkan PPKM kabupaten/kota maupun PPKM Mikro. Hal ini tidak lepas dari perkembangan Covid-19 yang terjadi dalam empat minggu terakhir menunjukkan enam provinsi di Pulau Jawa sebagai penyumbang tertinggi kenaikan kasus di Indonesia.

Ia pun meminta pimpinan daerah di Pulau Jawa untuk terbiasa mengamati situasi terkini serta membaca data dengan baik. "Sehingga dapat segera dilakukan langkah antisipatif. Jadikan data sebagai basis pengambilan kebijakan penanganan Covid-19," kata Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam siaran pers.

Reporter: Rizky Alika