Covid-19 Banyak Serang Anak-Anak, Apa Penyebabnya?

ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Cairnduff/AWW/sa.
Ilustrasi lonjakan kasus Covid-19 pada anak-anak.
Penulis: Sorta Tobing
25/6/2021, 16.47 WIB

Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi sepekan terakhir memicu pula kenaikan kasus pada anak-anak. Varian Delta yang cepat menginfeksi diduga menjadi pemicunya.

Kementerian Kesehatan menyebut kasus virus corona pada anak ditemukan pada wilayah yang mengalami kenaikan kasus. “Ada kecenderungan varian Delta di beberapa rumah sakit menyerang pasien di bawah usia 18 tahun,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonowo, dikutip dari Antara, Rabu (23/6). 

Namun, ia memastikan, semua umur dapat terserang varian tersebut. “Tapi memang Delta penularannya cepat sekali,” ucapnya. 

Sampai sekarang varian tersebut belum terbukti lebih ganas dibandingkan varian lainnya. Tapi bukan berarti hal itu membuat masyarakat lengah. “Kalau kasus naik dan terbatas fasilitas kesehatan, berarti kenaikan angka kematian dapat terjadi,” kata Maxi. 

Seberapa Banyak Kasus Covid-19 Dialami Anak?

Ketua Umum IDAI Profesor Aman Bhakti Pulungan mengatakan, kasus positif Covid-19 pada anak berusia 0 Sampai 18 tahun mencapai 12,5%. Artinya, satu dari delapan kasus konfirmasi Covid-19 terjadi pada anak. Tingkat kematiannya pun mencapai 3% hingga 5%.

Jumlah kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia. “Dari seluruh data anak yang meninggal itu, 50% adalah balita,” ujarnya pada Jumat pekan lalu.

Merujuk data Databoks, Satgas Penanganan Covid-19 mencatat pada periode 30 Mei sampai 20 Juni 2021, tingkat kematian anak akibat Covid-19 tertinggi dialami usia nol hingga dua tahun. Persentasenya sebesar 0,81%.

Jumlah kelompok anak usia tersebut yang meninggal mencapai 261 kasus. Sedangkan, jumlah yang terkonfirmasi positif sebanyak 32.264 kasus.

Tingkat kematian anak tertinggi selanjutnya yakni usia 16 sampai 18 tahun dengan persentase sebesar 0,22%. Disusul, pada anak usia tiga hingga enam tahun persentasenya 0,19%. 

Sebagai informasi, penularan virus corona usia anak di Indonesia terus meningkat. Secara kumulatif, kasus Covid-19 pada usia anak tertinggi berasal dari kelompok usia 7 sampai 12 tahun (28,02%). Diikuti kelompok usia 16 hingga 18 tahun (25,23%), dan 13 sampai 15 tahun (19,92%).

Kompas.com pada awal pekan ini melaporkan, 10% pasien Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet adalah anak-anak. Hingga Minggu kemarin, Wisma Atlet menampung 6.042 pasien. Artinya, jumlah anak yang dirawat di RS Wisma Atlet ada lebih dari 600 orang.

Kasus Covid-19 Kian Melonjak, IGD RSUD Cengkareng Sibuk (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Mengapa Varian Delta Mudah Menyerang Anak?

Para ahli menyebut varian Delta lebih mudah menular ketimbang varian Alpha. Beberapa mutasi kunci memicu lonjakan protein dan memungkinkan virus menembus sistem imun dan menginfeksi sel sehat. Akhirnya, potensi penularan pada banyak orang lebih tinggi.

Daeng M Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut naiknya kasus Covid-19 akibat varian Delta juga dialami anak-anak. Penularan masif ini dinilai akibat belum adanya program vaksin virus corona pada anak di bawah 18 tahun.

Spesialis penyakit menular pediatrik di University of California, Amerika Serikat, Erlinda Ulloa juga mengatakan hal serupa. “Faktanya, kami melihat wabah di beberapa negara bagian, khususnya pada anak- anak. Saat ini mereka adalah inang yang paling rentan karena tidak divaksinasi,” katanya kepada Insider pada hari ini.

Lonjakan Pasien Covid-19 Di Jakarta Terus Bertambah, Wisma Atlet Tambah Kapasitas Tempat Tidur (Muhammad Zaenuddin|Katadata)

Bagaimana Menghindari Anak dari Covid-19?

Melansir Insider, Pfizer dan Moderna tengah berupaya merilis data uji coba keamanan dan kemanjuran vaksin mereka pada anak kecil. Kemudian, mengajukan permohonan otorisasi pengawas obat dan makanan AS alias FDA. 

VOA Indonesia menuliskan, upaya pencegahan utama yang dilakukan anak adalah memastikan orang di sekitarnya sudah divaksin. Selain itu, tentu saja tetap memakai masker pada anak ketika berada di luar rumah.

Kementerian Kesehatan RI pun sedang mengkaji opsi memberikan vaksin Sinovac dan Pfizer untuk anak-anak. "Sinovac untuk anak usia 3 sampai 17 tahun, dan satu lagi Pfizer untuk umur 2 hingga 17 tahun," kata Budi dalam konferensi pers virtual siang tadi.

Guna memotong rantai penyebaran pada anak, perlu turun tangan pemerintah dan kerja sama para orangtua. Orang tua perlu mengawasi anaknya dan membatasi kegiatan yang dilakukan di luar rumah.

Psikolog klinis anak dan remaja dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia (UI), Andini Sugeng mengatakan orang tua perlu menumbuhkan kesadaran kepada anak bahwa protokol kesehatan wajib dipatuhi dan menjadi bagian dari gaya hidup.

Anak-anak perlu belajar menjaga jarak. “Konsep liburan disesuaikan, tidak harus beramai-ramai. Tetap di rumah. Kalaupun terpaksa keluar rumah hindari kerumunan atau tempat ramai,” ujar Andini.

Bagaimana Penanganan Anak yang Terinfeksi Covid-19?

Dokter Atika, mengutip dari Klikdokter, mengatakan pasien anak umumnya disarankan untuk dirawat di rumah saja. Terlebih jika gejalanya tergolong ringan.

Meski di rumah saja, risiko penularan masih bisa terjadi. Karena itu, orang tua tetap harus menerapkan protokol kesehatan. 

Protokol itu adalah, memakai masker, rajin mencuci tangan, dan membatasi mobilitasi ke luar rumah. “Orang tua diminta untuk tetap di dalam rumah sampai anak dinyatakan sembuh atau negatif,” tulisnya pada Desember 2020 lalu.

Apabila anak masih balita, Devia menyarankan untuk pakai sarung tangan saat mengganti popok. Anak juga harus tidur dan pakai kamar mandi terpisah.Pembatasan kontak ini bertujuan agar risiko penularan Covid-19 dapat diminimalisir.

 Orang tua perlu meminta bantuan tenaga medis untuk memastikan kondisi anak. Apabila ada indikasi anak yang terinfeksi dengan gejala sedang dan berat, maka orang tua perlu membawanya ke rumah sakit.

Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (magang)

Reporter: Antara