WHO Tak Rekomendasikan Kombinasi Vaksin Covid-19 untuk Tambah Imunitas

ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/hp/cf
Dado Ruvic/Illustration Botol kecil dengan label vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna terlihat dalam foto ilustrasi yang diambil Jumat (19/3/2021). WHO pada Senin (12/7) mengingatkan banyak negara potensi bahaya jika mengombinasikan suntikan vaksin Covid-19
13/7/2021, 14.26 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara agar tidak mencampur suntikan vaksin Covid-19 dari berbagai produsen. Hal ini lantaran masih sedikit data yang tersedia mengenai dampak kombinasi suntikan tersebut.

Beberapa negara memang berencana mengombinasikan suntikan terutama untuk meningkatkan kekebalan dari serangan Covid-19 varian Delta. Namun WHO mengatakan ide ini merupakan sebuah hal yang berpotensi membahayakan.

“Ini tren berbahaya karena kita tak memiliki data dan bukti (efektivitas) mencampur (vaksin),” kata Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan dikutip dari Reuters, Senin (13/7).

Beberapa negara seperti Thailand dan Indonesia akan memberikan suntikan vaksin ketiga dengan merek berbeda. Indonesia akan memberikan suntikan ketiga kepada 1,4 juta tenaga kesehatan dengan vaksin Moderna.

Sebelumnya seluruh tenaga medis di Indonesia telah menjalani vaksinasi pertama dan kedua dengan vaksin Sinovac.  "Vaksin dosis ketiga akan diberikan menggunakan Moderna sehingga vaksin bisa memberikan kekebalan maksimal terhadap variasi mutasi virus yang ada," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Jumat (9/7).

Adapun Thailand akan memberi booster ketiga vaksin AstraZeneca kepada tenaga kesehatan mereka dalam waktu dekat. Sama seperti Indonesia, tenaga medis di Negeri Gajah Putih sebelumnya menjalani vaksinasi pertama dan kedua dengan merek Sinovac.

“Ini untuk meningkatkan perlindungan terhadap varian Delta dan membangun kekebalan tingkat tinggi,” kata Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul, Senin (12/7) dikutip dari Reuters.

Jumlah kasus Covid-19 di Negeri Gajah Putih memang dalam tren meningkat. Pada Senin (12/7), mereka mencatatkan adanya lonjakan 8.656 infeksi dan 80 kematian, sebagian besar disebabkan varian Alfa dan Delta.

Adapun kasus corona di Indonesia juga mencatatkan rekor lonjakan 40.427 kasus pada Senin (12/7). Jumlah tambahan kasus ini juga merupakan yang tertinggi di dunia.