Permintaan obat untuk terapi pasien Covid-19 tengah meningkat seiring dengan penyebaran varian Delta. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun mengatakan, Favipiravir akan menggantikan obat Oseltamivir sebagai antivirus mereka yang positif corona.
Menurutnya, lima profesi dokter di Indonesia telah mengkaji dampak Favipirafir dan Oseltamivir terhadap mutasi varian delta. Para dokter itu pun menganjurkan penggunaan Favipiravir kepada pasien.
"Favipiravir akan mengganti Oseltamivir sebagai obat antivirus," kata Budi di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (26/7).
Saat ini, stok Favipiravir telah mencapai 6 juta tablet di seluruh Tanah Air. Budi berharap, produksi obat tersebut akan meningkat pada Agustus mendatang.
Indonesia pun telah memiliki kapasitas produksi Favipiravir mencapai 2-4 juta tablet per hari. Salah satu produsen, PT Kimia Farma Tbk mampu memproduksi antivirus tersebut hingga 2 juta tablet per hari.
Di luar itu, Dexa Medica akan mengimpor 15 juta tablet Favipiravir pada Agustus. Kemudian, pemerintah akan mengimpor 9,2 juta tablet dari beberapa negara mulai bulan depan. "Dan ada pabrik baru yang rencananya mulai Agustus akan produksi 1 juta Favipiravir setiap hari," kata Budi.
Sementara, stok Oseltamivir tetap akan disediakan sebanyak 12 juta kapsul hingga Agustus sebelum dialihkan menjadi Favipiravir secara bertahap. Di luar obat itu, pemerintah juga berupaya menyediakan pasokan obat terapi Covid-19 lainnya, yaitu Azithromycin, Remdesivir, Actemra, dan Gammaraas.
Saat ini, stok Azithromycin secara nasional mencapai 11,4 juta tablet. Kapasitas produksi dinilai mencukupi dengan jumlah produsen lokal sebanyak 20 pabrik.
Namun, Budi mengakui sempat ada hambatan distribusi Azithromycin. "Setiap hari saya konsultasi dengan teman-teman farmasi untuk memastikan obat bisa masuk ke apotik," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga mengimpor tiga obat yang tidak diproduksi di dalam negeri, yaitu Remdesivir, Actemra, dan Gammaraas. Rencananya, pemerintah akan mengimpor 150 ribu tablet Remdesivir pada Juli dan 1,2 juta tablet pada Agustus. Selain itu, RI juga mempersiapkan produksi Remdesivir di dalam negeri.
Terkait Actemra, pemerintah akan mengimpor 1.000 vial pada Juli dan 138 ribu vial pada Agustus. Sedangkan, ada obat Gammaraas yang akan diimpor sebanyak 26 ribu vial pada Juli dan 27 ribu vial pada Agustus.