Mestikah Khawatir Tes Covid-19 kalau Ada Gejala?

ANTARA FOTO/Aji Styawan/hp.
Sejumlah pengunjung antre dengan menerapkan jaga jarak (Physical Distancing) saat akan menjalani pemeriksaan COVID-19 di salah satu pusat perbelanjaan modern Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/6/2020).
Penulis: Alfons Yoshio
3/8/2021, 13.00 WIB

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan kembali pentingnya testing atau pemeriksaan untuk orang-orang yang merasakan gejala Covid-19. Dengan melakukan testing, identifikasi dini seseorang positif atau tidak bisa dilakukan.

Hal ini akan berdampak ke tindakan yang perlu dilakukan setelahnya. “Perlu menaikan terus testing supaya tahu kalau ada saudara-saudara kita yang kena dan kita bisa ukur dengan oximeter, apakah perlu perawatan atau tidak lebih dini,” terangnya dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Budi mengatakan, kebanyakan kasus kematian akibat Covid-19 yang ditemui selama ini adalah akibat terlambat masuk ke rumah sakit ketika saturasi oksigen pasien sudah sangat rendah. Oleh sebab itu, dengan memperluas dan meningkatkan testing harapannya kasus kematian akibat Covid-19 juga bisa ikut turun.

Untuk itu Kementerian Kesehatan terus berusaha menggenjot angka pemeriksaan ini. “Pertama saya masuk, testingnya 30 ribu sampai 40 ribu per hari. Sekarang spesimen sudah hampir 300 ribu dan sudah 220 ribu sampai 240 ribu orang setiap harinya,” tutur Budi.

Budi mengimbau masyarakat agar mendukung upaya ini, yang termudah dengan kesedian untuk melakukan testing Covid-19. “Jadi testing ini jangan ditakuti, jangan dicemasi, dan jangan dihindari, tapi cepat dilakukan kalau ada gejala apalagi,” ujarnya.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan