Positif Covid-19, Deddy Corbuzier Sempat Kritis dan Hampir Meninggal

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Pembawa Acara Deddy Corbuzier
Penulis: Lavinda
22/8/2021, 11.44 WIB

Pembawa Acara yang juga dikenal sebagai Youtuber Deddy Corbuzier akhirnya kembali membuat podcast setelah dua pekan menghilang dari seluruh akun sosial medianya. Dia mengungkapkan alasannya menghilang karena dinyatakan positif Covid-19 dan terkena badai sitokin (cytokine storm).

Meski diawali dengan kondisi tubuh yang sehat dan terkena Covid-19 tanpa gejala, deddy akhirnya didiagnosis memiliki kondisi paru-paru yang rusak 60% hanya dalam dua hari.

"Saya sakit, kritis, hampir meninggal karena badai cytokine, lucunya dengan keadaan sudah negatif. yes it's Covid-19 (ya ini Covid-19)," ujar Deddy dalam unggahan Youtube-nya, Minggu (22/8).

Pria bernama lengkap Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo itu mengaku tertular karena mengurusi beberapa anggota keluarganya yang positif Covid-19. Saat itu, dia merasa percaya diri karena selalu menjaga pola hidup sehat sehingga menganggap dirinya memiliki fisik yang kuat.

"Di saat pekan kedua saya sudah negatif, tetapi malamnya malah mengalami demam hampir 40 derajat, dan vertigo," katanya.

Kemudian, kondisinya memburuk hingga akhirnya memasuki momentum badai sitokin. Deddy harus menjalani perawatan intensif dan menghadapi masa kritis.

"Jenderal Lukman Waka RSPAD Dr Wenny Tan hingga Dr Gunawan turun tangan semaksimal mungkin untuk menstabilkan keadaan saya keluar dari masa kritis. Yes its a life and death situation (Ya ini situasi hidup dan mati)," kata Deddy.

Menariknya, nilai saturasi atau kadar oksigen di dalam darah Deddy berada di level 97% - 99%. Pada umumnya, pasien Covid-19 mengalami penurunan saturasi di bawah level 95%. Berdasarkan Minnesota Department of Health, nilai saturasi oksigen normal umumnya berada di level 95% - 100%. Deddy mengklaim nilai saturasi yang tinggi terjadi karena dirinya selalu menjalankan pola hidup yang sehat.

Dikutip dari alodokter, Badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami penderita Covid-19 yang umumnya menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah.

Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Namun, jika diproduksi secara berlebihan, sitokin justru menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Hal ini yang disebut sebagai badai sitokin.

Badai sitokin terjadi ketika tubuh melepas terlalu banyak sitokin ke dalam darah pada jangka waktu sangat cepat. Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan.

Beberapa waktu sebelumnya, di dalam video youtube bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi, Deddy mengatakan dirinya menolak untuk menjalani vaksinasi Covid-19. Dia bahkan mengajak genegari muda yang masih sehat untuk tidak tergesa-gesa untuk vaksinasi.

Hal itu diungkapkan saat kuantitas vaksin di Indonesia masih minim dan baru diprioritaskan untuk orang tua berusia di atas 60 tahun.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan