Tentara Kok Mikir, Perjalanan Agus Widjojo Mendorong Reformasi TNI

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Penulis: Antara
Editor: Yuliawati
26/8/2021, 10.48 WIB

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) meluncurkan buku berjudul Tentara Kok Mikir yang berkisah perjalanan hidup dan pemikiran Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, terutama selama berkarier di militer.

Agus dikenal kawan-kawan tentaranya sebagai sosok yang gemar berpikir. Sehingga dia memutuskan judul Tentara Kok Mikir dapat menggambarkan dirinya.  “Tentara Kok Mikir itu karena dulu saya tentara yang terlalu banyak mikir, jadi bukan merujuk pada tentara secara umum. Tentara jangan baper karena dikira tidak berpikir,” ujar Agus dalam peluncuran buku Tentara Kok Mikir, Rabu (25/8).

Selama ini, muncul anggapan bahwa seorang prajurit cukup mengikuti perintah dan tidak perlu berpikir. Akan tetapi, Agus Widjojo merupakan sosok yang berseberangan dengan anggapan itu sebagai seorang jenderal yang melampaui zamannya.

"Menjadi orang cerdas dan berpikir melampaui zaman kadang punya konsekuensi. Agus Widjojo harus terbiasa berbenturan dengan banyak orang karena gagasannya sulit diterima dan dimengerti orang lain," demikian penggalan cerita dalam buku itu.

Agus menyatakan perjalanan hidupnya tersebut ditulis oleh Bernarda Rurit disampaikan dengan cara yang asyik. “Buku ini seperti hikayat, makanya asyik dibaca. Baca buku ini saya seperti membaca dongeng Alice in Wonderland,” ujar dia.

Bernarda menyatakan tulisannya tidak bermaksud menjelaskan Agus Widjojo secara pribadi, tetapi bagaimana memberikan pembelajaran dan membagi wawasan. "Contohnya, Pak Agus bisa menembus kalangan dan lingkungan mana saja, terlihat dari hadirin yang beragam dalam peluncuran ini,” kata Rurit.

Beberapa tokoh yang hadir dalam peluncuran buku ini di antaranya Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, mantan Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda, hingga mantan Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Purn. Bagus Puruhito.

Luhut sebagai teman taruna Agus Widjojo memberikan pandangannya tentang buku dan sosok Agus. “Buku ini menarik karena membahas berbagai dimensi sosok Agus, mulai dari masa kecil, kepribadian dan pertemanannya, juga kiprahnya di masa militer,” ujar Luhut yang mengenang Agus tak pernah lepas dari buku.

Susilo Bambang Yudhoyono pun menceritakan pengalaman kerjanya bersama Agus Widjojo. “Selama hampir 30 tahun saya bekerja bersama Pak Agus Widjojo, dia memang main of ideas, perwira yang kritis,” ujar SBY.

Buku tersebut membahas peran Agus Widjojo sebagai sosok intelektual militer dan pendidik dalam menyusun serta melaksanakan konsep reformasi TNI yang ditunaikannya ketika menjadi Wakil Ketua MPR mewakili Fraksi TNI pada 2001 hingga 2003.



Selain itu, mengangkat kisah TNI saat menjalani ujian sejarah di antara pilihan menjadi TNI profesional atau menjalankan Dwifungsi ABRI, gagasan reformasi Komando Teritorial. Buku ini juga menggambarkan keterlibatan Agus Widjojo sebagai anggota Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) RI-Timor Leste yang menangani dugaan pelanggaran HAM Indonesia di Timor Timur.

Agus Widjojo juga membagi pengalamannya mendapat tuduhan sebagai sosok yang "Terlalu Amerika" atau "Komunis" dan pemikirannya tentang dasar-dasar teknis perang tentara Indonesia.

Buku yang disunting oleh Nugroho Dewanto juga memberi ruang pada sisi humanis, keluarga, kemiliteran, dunia lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta aktivitas organisasi Agus Widjojo.

 Penyumbang bahan: Akbar Malik