Jepang menghentikan penggunaan 1,63 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna setelah adanya laporan kontaminasi di beberapa botol. Kontaminasi tersebut diungkap produsen obat Takeda Pharmaceutical Co dan Kementerian Kesehatan Negeri Sakura pada Kamis (26/8).
Lalu, bagaimana dengan stok vaksin Moderna di Indonesia?
Kementerian Kesehatan memastikan Indonesia tidak memiliki lot vaksin Moderna yang terkontaminasi. "Kita tidak ada lot (yang terkontaminasi) ini ya," kata Juru Bicara Vaksin Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi kepada Katadata.co.id, Jumat (27/8).
Adapun, nomor lot vaksin Moderna yang terkontaminasi ialah 3004667. Selain itu, Jepang menangguhkan penggunaan nomor lot 3004734 dan 3004956 sebagai tindakan pencegahan.
Nadia memastikan, Indonesia tidak memiliki ketiga lot dengan nomor seperti yang diterima Jepang. Untuk itu, pihaknya tidak akan melakukan pemeriksaan pada vaksin asal Amerika Serikat tersebut "Tidak ada pemeriksaan," ujar dia.
Dilansir dari Channel News Asia, Takeda, yang bertanggung jawab atas penjualan dan distribusi suntikan Moderna di Jepang telah menerima laporan adanya zat asing dalam botol vaksin di beberapa pusat vaksinasi.
"Setelah berkonsultasi dengan Kementerian Kesehatan, kami telah memutuskan untuk menangguhkan penggunaan vaksin dari tiga batch sejak Kamis," bunyi keterangan resmi Takeda dikutip dari Channel News Asia, Jumat (27/8).
Takeda juga telah memberi tahu Moderna dan meminta penyelidikan dilakukan. Menyusul kejadian tersebut, Moderna mengatakan kontaminasi ada di satu lot produk yang didistribusikan di Jepang.
Zat asing ditemukan dalam 39 vial dengan lot nomor 3004667. Adapun vaksin tersebut sudah digunakan di lima prefektur yaitu Aichi, Ibaraki, Gifu, Saitama , dan Tokyo sejak 16 Agustus lalu. "Moderna percaya bahwa masalah manufaktur dihasilkan di salah satu jalur yang digunakan dalam pabrik kontraknya di Spanyol," kata Takeda.
Kyodo News melaporkan zat asing tersebut berupa serpihan karet berukuran milimeter dan belum diketahui dari mana berasal. Juru bicara pemerintah Katsunobu Kato mengatakan, meski belum menerima laporan masalah kesehatan, pihaknya meminta orang-orang untuk berkonsultasi dengan dokter mereka jika mereka mengalami kelainan setelah menerima vaksin.
Sedangkan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa temuan tersebut tak akan berdampak besar kepada vaksinasi, "(Tetapi) Saya telah menginstruksikan Kementerian Kesehatan bahwa keamanan adalah priotitas utama kami," kata Suga, seperti dilansir Japantimes, Kamis (26/8).