Indonesia Butuh Lebih Banyak Pengusaha di Sektor Energi

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Arofatin Maulina Ulfa - Tim Publikasi Katadata
27/8/2021, 20.33 WIB

Indonesia membidik target menjadi negara maju pada 2045. Hal tersebut tercantum dalam dokumen Visi Indonesia 2045 yang dikeluarkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 

Untuk mewujudkannya, pemerintah berupaya mendorong dan menjaga laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini tentu perlu ditopang oleh ketersediaan energi yang mencukupi agar roda perekonomian terus bergerak.

Secara garis besar dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan energi pada 2025 diperkirakan sebesar 248,4 juta ton setara minyak bumi (MTOE). Kemudian meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 641,5 MTOE pada 2050.

Pengguna energi terbesar pada 2050 berasal dari sektor industri dengan porsi 45,7 persen. Selanjutnya diikuti sektor transportasi sebesar 26,3 persen, sektor rumah tangga sebesar 14,2 persen, sektor komersial sebesar 11,4 persen, dan sektor lain sebesar 2,4 persen.

Kebutuhan energi yang besar di masa depan merupakan peluang usaha yang menjanjikan, termasuk di sektor energi baru terbarukan (EBT). Berdasarkan RUEN, Pemerintah menargetkan porsi EBT pada bauran energi sebesar 23 persen pada 2025 dan kemudian naik menjadi 31 persen pada 2050.

Di sisi lain, pengembangan energi juga bisa membuka ruang bagi kewirausahaan dan inovasi yang nantinya dapat mewujudkan ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, upaya untuk membuka peluang bagi pengusaha baru di bidang ini perlu terus didorong.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, saat ini rasio kewirausahaan Indonesia baru mencapai 3,47 persen. Saat ini, Indonesia tertinggal cukup jauh dengan Singapura yang memiliki rasio sebesar 8,5 persen dan Malaysia sebesar 4,5 persen. Padahal, menurut MenkopUKM Teten Masduki, (28/7/2021), untuk menjadi negara maju, sebuah negara memerlukan minimum 4 persen penduduknya berprofesi sebagai wirausaha.

Selain mampu menciptakan ragam inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, keberadaan wirausaha sangat penting dalam penciptaan lapangan kerja. Sebagai gambaran, pada 2018, jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebanyak 64,2 juta. Tenaga yang terserap dari seluruh UMKM itu sebanyak 117 juta orang atau sekitar 97 persen dari daya serap tenaga kerja dunia usaha.

Indonesia diproyeksikan mengalami bonus demografi pada 2030-2040 yang juga memberikan peluang tenaga kerja bagi industri dan UMKM.  Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pada periode itu, penduduk usia produktif (15-64 tahun) diproyeksikan sekitar 64 persen dari total populasi yang diperkirakan lebih dari 290 juta penduduk.

Dalam mendukung upaya menciptakan pengusaha muda, perusahaan energi global Shell menyelenggarakan sebuah program investasi sosial bertajuk Shell LiveWIRE. Program ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 1982 di Skotlandia. Hingga kini, lebih dari 9,2 juta wirausaha muda dari 20 negara sudah mendapatkan manfaat dari program ini.

Adapun di Indonesia, sejak tahun 2018, program ini berfokus pada kewirausahaan di bidang EBT. Misi utama program ini adalah mendorong generasi muda di Indonesia untuk memulai bisnis dan menciptakan lapangan kerja di bidang energi. Dukungan diberikan melalui pendampingan kegiatan bisnis praktis, pelatihan, mentoring dan coaching bagi mereka, yang berusia antara 18-35 tahun, dan ingin mewujudkan ide serta memulai bisnisnya.

Berbagai usaha unggulan pada bisnis energi alternatif dihasilkan dari kegiatan Shell LiveWIRE. Salah satunya adalah BIOPE, reaktor gas berbasis polyethylene yang merupakan ide sekelompok wirausaha muda dengan nama Jember Futura Energi (JFE).

Didorong oleh masalah yang dihadapi oleh para peternak lokal di desanya, Izza Auliya Amukholidi, Abdau Zidni, Febi Romana Devi, Rahayu Dwi Agustin, Mohammad Fadil Luqman, dan Arifatul Kamila, mengembangkan BIOPE yang dapat mengubah kotoran ternak menjadi biogas untuk kebutuhan rumah tangga.

“Harga yang terjangkau juga kemudahan operasional, membuat BIOPE menjadi alat yang berperan besar dalam membantu petani dalam mengelola limbah peternakannya dan memberikan solusi energi untuk kehidupan mereka sehari-hari,” ujar inisiator BIOPE, Izza Auliya Amukholidi dalam saluran YouTube Shell.

Mengutip laman Shell LiveWIRE, BIOPE menjadi sebuah purwarupa reaktor biogas yang awet dan bisa menghemat biaya pembuatan hingga 70 persen dari biaya normal. Reaktor biogas ini tidak hanya membantu peternak mengelola limbah kotoran hewan, namun juga memproduksi energi setara 1 kg gas elpiji atau setara 150 liter pupuk cair per hari.

Selain mendapatkan dukungan pendampingan kegiatan bisnis, mentoring dan coaching, para pengusaha muda ini juga dapat berjejaring melalui program Shell LiveWIRE yang diselenggarakan di berbagai negara.

Mereka berkesempatan mengikuti Top Ten Innovators, sebuah kompetisi global yang menganugerahkan penghargaan bagi para pebisnis muda Shell LiveWIRE yang memiliki keunggulan dalam inovasi dan berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, Jember Futura Energi yang mengembangkan BIOPE adalah alumni Shell LiveWIRE Energy Solutions yang berhasil meraih posisi juara pertama pada kategori Energy & Mobility dalam Top Ten Innovators 2019.