Sektor logistik tengah menghadapi tantangan kelangkaan kontainer akibat dampak pandemi Covid-19. Presiden Joko Widodo pun meminta permasalahan kontainer tersebut dikaji secara mendalam.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai mendampingi Presiden menerima kedatangan para pengusaha di Istana Kepresidenan, Rabu (8/9).
"Bapak Presiden meminta agar logistik ini dikaji secara mendalam karena kenaikan logistik, termasuk kontainer," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (8/9).
Ia mengatakan, kelangkaan kontainer terjadi di tingkat global akibat lesunya pedagangan karena Covid-19. Melemahnya aktivitas dagang antar negara membuat jumlah kapal yang berlalu lalang berkurang.
Untuk itu, pemerintah juga berencana untuk mengumpulkan para pemilik kontainer. "Ada usulan agar para pemilik kontainer ini dikumpulkan dan diminta bantuan agar bisa membantu terkait dengan kontainer," ujar dia.
Tak hanya membahas kelangkaan kontainer, pertemuan Jokowi dan pengusaha juga membahas pengembangan ibu kota baru di Kalimantan Timur. Jokowi sempat menyampaikan bahwa kawasan baru tersebut akan dikembangkan dalam kurun waktu 15 sampai 20 tahun.
Adapun, sejumlah pengusaha yang hadir meliputi Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, Direktur PT Blue Bird Tbk Adrianto Djokosoetono, dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman.
Kemudian, turut hadir Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APBBI) Alphonsus Widjaja, dan Ketua Umum Indonesia National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto.
Sebagaimana diketahui, kelangkaan kontainer menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi sektor manufaktur di tengah tren pemulihan sektor tersebut. Jika tidak segera di atasi, kelangkaan kontainer bahkan dikhawatirkan bisa menghambat kinerja sektor manfukatur sekaligus menekan ekspor Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto mengatakan, kelangkaan kontainer dipicu oleh kebijakan lockdown yang diterapkan terutama di negara tujuan ekspor. Arus pergerakan kontainer terhenti dan menumpuk di negara tujuan karena tidak ada produk yang dibawa.
Negara-negara produsen dari Asia seperti Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan mengirim produk untuk diekspor ke berbagai negara seperti di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Begitu sampai di negara tujuan, arus kontainer terhenti atau berjalan lamban karena tidak banyak produk yang bisa kembali diangkut ke negara asal.
“Sehingga terjadi ketidakseimbangan volume kontainer, sementara kapal itu kalau mau bergerak harus ada muatan kan, kalau tidak ya tidak ada yang bayar,” kata Mahendra kepada Katadata.co.id, Kamis (2/9).
Hal ini juga menyebabkan turunnya jumlah kapal yang beredar di lautan dan juga di hub perdagangan seperti Singapura, Tanjung Pelepas, Cina dan Korea Selatan. Kekurangan jumlah kapal besar di hub tersebut juga menyebabkan barang dari Indonesia tidak bisa diekspor karena tidak ada pergerakan kontainer kembali ke RI.
“Kalaupun kita bisa ekspor pasti terhenti di Singapura. terhambat karena untuk connecting ke negara tujuan ekspor masih harus menunggu sekitar satu sampai dua minggu,” kata dia.