Kumpulan kata mutiara yang bersumber dari filsafat menjadi motivasi bagi manusia yang menghadapi banyak kemelut dalam kehidupan. Warisan para filsuf berupa ide dan gagasan dapat menjadi pencerah saat zaman ini tidak memberi solusi akan permasalahan.
Meski hanya kutipan dari ucapan para filsuf namun mengandung makna yang mendalam. Mereka berkata tidak hanya sekedar mengucapkan saja, namun didasari pemikiran hasil kajian yang matang dan dewasa.
Katadata.co.id menghimpun kutipan bijak seorang filsuf Yunani, Thales, yang bisa dipelajari saat ini hingga di masa yang akan datang.
Thales berasal dari Miletos yang hidup di masa abad ke-6 sebelum masehi. Di masa itu pemikiran filsafat masih belum digandrungi, dan kisah khayalan serta mitos mendominasi dalam babak pikiran. Sehingga belum banyak kata mutiara yang bisa ditemukan seperti saat ini.
Berikut adalah kutipan pemikiran Thales yang dapat menginspirasi kehidupan hingga saat ini:
1. “Harapan adalah satu-satunya kebaikan yang umum bagi semua orang. Mereka yang tidak memiliki apa-apa masih punya harapan"
Harapan, angan dan cita-cita adalah hal mahal bagi manusia. Selagi masih memiliki mimpi manusia akan terus hidup. Terus berlari dan berusaha menggapai segala yang mereka harapkan.
Di Indonesia filsafat dari Thales dilakukan dengan baik oleh penulis kenamaan Andrea Hirata dengan novel best seller-nya: "Laskar Pelangi". Kisah yang mengangkat kumpulan anak kecil di pulang Belitong yang jauh dari kota. Novel itu telah diterjemahkan dalam puluhan bahasa di dunia. Bahkan, filmnya telah diputar dalam berbagai bioskop dan festival di penjuru wilayah.
Itulah hebatnya harapan dan mimpi. Bila masih ada sepercik harapan dalam diri, maka masih ada kehidupan dan masa depan. Biarlah harta benda tiada, namun harapan harus tetaplah menyala dalam jiwa.
2. “Waktu adalah yang paling bijaksana dari semua hal yang ada, karena itu menjadikan segalanya terang”
Waktu yang berlalu tak dapat dikembalikan atau diulangi lagi walau hanya sedetik. Sepersekian detik pun juga tak bisa diputar balikkan. oleh karenanya waktu sangatlah mahal.
Banyak orang yang siap merelakan harta bendanya untuk memutar waktu dan mengulang masa lalu. Akan tetapi semua itu percuma karena hanya sia-sia dan waktu tak bisa diulangi lagi.
Biasanya, orang akan selalu dihargai saat dirinya pintar mengatur dan membagi waktu. Orang yang suka menunda, terlambat dan keburukan lain dampak tak mampu mengatur waktu tak akan mendapat tempat di masyarakat.
Ungkapan Thales ini juga sama dengan pepatah Arab yang berbunyi: "Waktu itu lebih mahal daripada emas."
3. “Kebutuhan adalah yang terkuat dari segala hal, karena ia mengatur segalanya”.
Suatu ketika ada seseorang bertanya kepada Thales:
“Siapakah yang terkuat di muka bumi ini?” Ia menjawab “Kebutuhan adalah yang terkuat dari segala hal, karena ia mengatur segalanya.”
Dari jawaban itu dapat diambil kesimpulan bahwa kita menjadi budak dari segala hal yang dianggap sebagai kebutuhan. Artinya, kita mengumpulkan uang untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup. Kita mengumpulkan ilmu demi memenuhi kebutuhan intelektual.
Dapat disimpulkan bahwa segala upaya segala yang kita lakukan setiap harinya selalu didasari oleh kebutuhan kita sendiri sebagai manusia. Meskipun terkadang kita menjadi serakah sebab mengumpulkan terlalu banyak lebih dari yang dibutuhkan.
4. “Tidak ada yang lebih aktif dari apa yang dipikiran, karena ia bergerak diatas alam semesta dan tidak ada yang lebih kuat dari sebuah keharusan untuk tunduk padanya”
Meski otak terkurung dalam tempurung kepala, namun pikiran akan tetap bebas melalang buana tanpa ada batas. Sekat jarak sudah tak ada, segala yang ada dalam jagat semesta dapat dijangkau oleh alam pikiran.
Oleh karenanya imajinasi dapat berkelana bebas, dan Thales menangkap itu sebagai sebuah kesimpulan, bahwa pikiran adalah satu hal yang tak bisa ditundukkan. Maka manfaatkan pikiran sebaik-baiknya. Dari akal pula kumpulan kata mutiara sering dicetuskan dan berbagai hikmah ditemukan.
5. “Ketika anda memberi nasihat kepada orang yang berbuat salah, bersikaplah lembut dan jangan membuatnya merasa ditelanjangi”
Ketika kita melihat suatu kesalahan, selalu terbersit untuk memperbaiki, namun lupa akan etika bagaimana mengoreksinya. Thales mengajarkan bahwa mengoreksi manusia harus ada etikanya.
Dirinya menegaskan bahwa meski orang yang kita hadapi telah bersikap buruk, bukan berarti kita harus ikut bersikap sama.
Tutur kata tetap wajib dijaga. Marwah wibawanya juga patut diselamatkan. Thales berpesan jangan membuat orang buruk menjadi merasa telanjang. Sehingga nantinya dia abai dengan segala nasihat yang diberikan.
7. “Akal adalah yang tercepat, karena ia mengalir melalui segalanya”
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, akal tak bisa dikekang oleh organ. Ia dapat melayang terbang sesukanya tanpa dapat dikendalikan oleh sang empunya. Thales pernah ditanya: “Siapakah yang tercepat di muka bumi ini?” Ia menjawab “Akal adalah yang tercepat, karena ia mengalir melalui segalanya.”
Akal adalah kemampuan dalam diri manusia yang sangat cepat dalam memahami sesuatu. Mengambil kebijakan atau memahami keadaan. Akal adalah penanda dan pembeda antara manusia kecil dan dewasa. Maka akal harus selalu diasah dan dipertajam dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Dari petuah-petuah Thales ini dapat diambil hikmah dan pegangan dalam kehidupan sekarang dan masa akan datang.