Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mewaspadai dampak kebangkitan Taliban di Afghanistan yang bisa memicu oknum oknum tertentu mengadopsi cara-cara kelompok tersebut.
Kepala BNPT Boy Rafli Amar menyatakan Taliban bida role model atau contoh bagi para simpatisan. Hal yang paling membuat khawatir terkait dengan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh Taliban.
"Konstelasi geopolitik, keamanan global hari ini berubah. Tentunya apa yang kita lihat sesuatu yang tidak diduga sebelumnya, karena hari ini Taliban mendapatkan kesempatan kembali untuk berkuasa," ujar Boy dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR, Rabu (15/9).
Boy melanjutkan BNPT tidak melihat Taliban sebagai entitas terkait agama tertentu. Dalam merespons Taliban, menurutnya, pihaknya merujuk pada catatan sejarah bahwa Taliban pernah tercatat menjadi organisasi terlarang, sesuai resolusi PBB di Dewan Keamanan PBB, bersama Al-Qaeda dan ISIS.
Apalagi Taliban juga diketahui menjalin koneksi kuat dengan Al Qaeda, termasuk dalam beberapa kegiatan perlindungan terhadap Osama bin Laden. Kendati demikian, ia juga mengingatkan Indonesia adalah negara yang memiliki jati diri, konstitusi, dan ideologi. Menurutnya, masyarakat Indonesia tidak boleh salah memilih alat perjuangan seperti menggunakan kekerasan, senjata, hingga mencontoh tindakan yang dilakukan Taliban.
Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) mendeteksi punggawa jaringan teroris Jamaah Islamiyah(JI) saat ini diisi oleh anak-anak muda. Aktivitas kelompok ini pun dipantau lembaga mata-mata negara tersebut.
Kekhawatiran serupa juga diungkapkan oleh anggota Komisi III DPR Sahroni. Ia pun meminta BNPT untuk mewaspadai dampak kebangkitan Taliban di Afghanistan terhadap ancaman serangan terorisme di Indonesia.
Sahroni menegaskan kembalinya Taliban di Afghanistan bisa memicu efek terhadap oknum maupun simpatisan yang terinspirasi dari tindakan mereka. “Pencegahan apa yang dilakukan BNPT dalam menyikapi isu itu," kata Sahroni, Rabu (15/9).
Menanggapi hal itu, Kepala BNPT Boy Rafli Amar mengatakan BNPT tengah menyiapkan “vaksin” untuk membendung ekstremisme. Adapun vaksinnya adalah nilai-nilai kebangsaan sebagai bentuk langkah pencegahan penyebaran virus radikalisme intoleran dan radikalisme terorisme.
“Kalau kami analogikan sebagai virus radikalisme maka kami mencoba merumuskan vaksinnya," kata Boy.
Boy menjelaskan BNPT memperbanyak penguatan terhadap nilai-nilai kebangsaan, termasuk melakukan edukasi terkait ideologi Pancasila. Selain itu bekerja sama untuk melakukan moderasi beragama, karena Indonesia sudah mempunyai modal kuat, yakni para tokoh ulama besar.