Jokowi Targetkan Pabrik Baru Krakatau Steel Bantu Hemat Devisa Rp 29 T

ANTARA FOTO/Biro Pers dan Media Setpres/Handout/wsj.
Presiden Joko Widodo memberikan pernyataan pers tentang perkembangan terkini pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/8/2021). Presiden Joko Widodo memutuskan tetap memperpanjang kebijakan PPKM hingga 6 September 2021 meskipun perkembangan kasus COVID-19 semakin menunjukan tren penurunan. ANTARA FOTO/Biro Pers dan Media Setpres/Handout/wsj.
21/9/2021, 11.56 WIB

Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik Hot Strip Mill #2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk pada Selasa (21/9). Dengan adanya pabrik tersebut, Jokowi berharap produksi baja domestik akan meningkat sehingga bisa menghemat devisa Rp 29 triliun per tahun.

Pabrik Hot Strip Mill #2 memiliki kapasitas produksi Hot Rolled Coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun. Produksi akan terus ditingkatkan hingga mencapai 4 juta ton per tahun.

"Sehingga bisa menghemat devisa Rp 29 triliun per tahun. Ini angka yang sangat besar sekali," kata Jokowi dalam peresmian Pabrik Industri Baja Krakatau Steel, Cilegon, Selasa (21/9).

Tak hanya itu, Jokowi juga berharap pabrik tersebut bisa memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. "Jadi tidak ada lagi impor-impor yang kita lakukan. Ini yang kita harapkan," kata Jokowi.

Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan konsumsi baja nasional berjumlah sangat besar karena pembangunan infrastruktur, industri otomotif, dan industri lainnya membutuhkan baja. BahkanDalam kebutuhan baja dalam negeri pun meningkat 40% dalam lima tahun terakhir.

Makanya Presiden berharap peningkatan kebutuhan baja ini diharapkan tidak mendorong kenaikan impor baja. Dia juga menginginkan produksi baja Krakatau Steel tidak kalah dengan produk impor.

Pada kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan pentingnya transformasi BUMN agar perusahaan pelat merah bisa setara dengan kelas dunia. Presiden lalu memerintahkan Krakatu Stell bisa memenuhi kebutuhan baja di tingkat regional dan global.

"Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan membuka semakin banyak lapangan kerja di negara," ujar dia.

Adapun, pabrik Hot Strip Mill #2 dibangun dengan investasi sebesar US$ 521 juta atau sekitar Rp 7,52 triliun. Pabrik tersebut menjadi pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC dengan ketebalan 1,4 milimeter.

Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim menyampaikan, produk utama dari HSM 2 ini adalah produk baja HRC untuk memenuhi pasar otomotif dengan spesifikasi kualitas yang tinggi. Selain itu HRC juga digunakan untuk general structure dan bahan baku pipa baja.

“Produksi eksisting HSM Krakatau Steel saat ini mencapai 2,4 juta ton, artinya dengan penambahan 1,5 juta ton dari pabrik HSM 2, kapasitasnya menjadi jadi 3,9 juta ton per tahun,” katanya.

Saar ini Krakatau Steel berkontribusi terhadap market HRC lokal sebesar 65% atau meningkat dibandingkan 2020 yang sebesar 45%. Ia yakin dengan pabrik baru, maka kapasitas produksi baja bisa meningkat. 

Selain itu pabrik ini dioperasikan dengan teknologi otomasi 4.0. Silmy lalu menargetkan pabrik tersebut bisa memangkas biaya produksi hingga 25%.

Selain itu, pabrik ini diharapkan bisa menurunkan ketergantungan Indonesia terhadap impor besi dan baja. Apalagi pada 2018, impor besi dan baja menjadi salah satu pemicu melebarnya defisit neraca perdagangan RI.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik nilai impor besi dan baja sepanjang 2018 meningkat 28,31% menjadi US$ 10,25 miliar dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut berkontribusi sebesar 6,45% dari total impor nonmigas nasional.

Reporter: Rizky Alika