Epidemiolog menyoroti kenaikan mobilitas penduduk di daerah dengan cakupan vaksinasi rendah seperti Papua hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Ahli khawatir akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 jika pergerakan penduduk di provinsi tersebut tak dibatasi.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengatakan, selain NTT dan Papua, kenaikan mobilitas di wilayah cakupan vaksinasi rendah meliputi Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua Barat, Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara.
Berdasarkan catatannya pada 27 September, kenaikan mobilitas tertinggi terjadi di NTT, Maluku Utara, Maluku, dan Papua. Padahal, cakupan vaksinasi dosis 1 di wilayah tersebut masih di bawah 35%.
"Di provinsi tersebut, risiko kenaikan kembali kasus Covid-19 lebih tinggi," kata Iwan kepada Katadata.co.id, Selasa (28/9).
Iwan menyarankan pengetatan mobilitas di wilayah tersebut mengikuti indikator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Jika pelonggaran aktivitas dilakukan, perlu pencegahan penularan seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan (3M), penelusuran, pengetesan, perawatan (3T), dan vaksinasi.
"3M sulit dikontrol dan diukur, tapi vaksinasi lebih jelas ukurannya," ujar Iwan.
Secara keseluruhan, Iwan menilai pelaksanaan PPKM masih dalam kondisi baik. Namun, ia mengingatkan pemerintah untuk menjaga pintu masuk kedatangan internasional di jalur yang tidak resmi seperti di Kalimantan hingga Papua.
Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah masuknya varian Covid-19 baru dari negara lain. Oleh sebab itu ia meminta masyarakat tidak euforia dengan pelonggaran kasus corona. "Risiko (kasus) untuk meningkat lagi masih ada," ujar dia.
Tak hanya itu, masyarakat diminta untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, mereka yang belum menjalani vaksinasi harus segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan suntikan kekebalan.
Pemerintah melaporkan tambahan kasus Covid-19 sebanyak 2.057 pada Selasa (28/9). Kenaikan tambahan kasus pada hari ini mengakhiri tren penurunan yang sudah berlangsung selama empat hari.
Tiga provinsi yang menyumbang kasus terbanyak adalah Jawa Tengah (308 kasus), Jawa Barat (2015), dan Jawa Timur (179). Pada periode Minggu-Senin (26-27 September) tidak ada satupun provinsi yang melaporkan kasus di atas 300.
Kasus di Jawa Tengah pada Selasa (28/9) naik 66,5% dibandingkan pada hari Senin (27/8). Jawa Tengah juga terus menjadi penyumbang terbesar kasus positif sejak Minggu (26/9).