Covid-19 di RI Terus Melandai, Luhut Sebut Berkat Kepemimpinan Jokowi

Kemenko Marves
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan menghadiri Peresmian Kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) Kaltim, Selasa (12/10)
12/10/2021, 18.47 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, keberhasilan penanganan Covid-19 tidak terlepas dari kepemimpinan Presiden Joko Widodo, atau Jokowi.

Menurutnya, kepemimpinan Jokowi tanggap dan mampu memimpin pengendalian kasus Covid-19, terutama saat puncak lonjakan kasus terjadi Juli lalu.

“Saya waktu diperintahkan Presiden akhir Juni untuk penanganan varian Delta, keadaanya betul-betul mencekam karena seperti tidak terkendali dan banyak negara yang pesimis begitu pun di dalam negeri sendiri,” kata Luhut dalam Grand Launching Gerakan Bangga Buatan Indonesia Kalimantan Timur di Samarinda, Selasa (12/10).

Luhut menjabat sebagai koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat  untuk wilayah Jawa dan Bali.

Dengan jabatan tersebut, Luhut diharapkan dapat mengendalikan gelombang kedua Covid-19 dan menurunkan angka kasus aktif yang sedang melonjak pada saat itu.

 Pada 15 Juli lalu atau saat puncak pandemi, tercatat ada 56.757 kasus konfirmasi positif harian Covid-19. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi selama pandemi.

Pada hari yang sama, tercatat sebanyak 19.049 kasus sembuh dan 982 kasus meninggal.

Kasus Covid-19 terus turun setelah Agustus.  Pada Selasa (12/10), Indonesia melaporkan tambahan kasus sebanyak 1.261 dengan angka kematian mencapai 47 jiwa.

"Kita bersyukur pada Tuhan dalam waktu tiga minggu setelah puncak, itu melandai sangat cepat, kenapa bisa? Semua karena kerja sama, semua kerja tim, tidak boleh ada yang mengeklaim itu karena dia. Tapi itu leadership yang kuat dari Presiden,” kata dia.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tersebut mengatakan pada saat terjadi puncak kasus, Jokowi terus memantau dengan detail setiap hari melalui sambungan telepon.

 "Saya ingat kesederhanaan dari Presiden Jokowi sebagai seorang walikota. Kami berteman dan saya lihat orang yang berani bertanggungjawab, berani katakan iya dan tidak, dan mau detail melihat ke bawah dan tidak menonjolkan dirinya," lanjut Mantan Kepala Staf Kepresidenan tersebut.

Sseorang pemimpin, menurutnya, harus bisa mengambil langkah tegas dan mau mendengar pendapat anak buahnya.

"Jadi pemimpin itu harus memberi contoh pada bawahan. Kita semua sebagai pemimpin dan saya yang mungkin paling tua di ruangan ini, saya ingin sampaikan, di zaman digital sekarang, tidak ada yang bisa kita bohongi," katanya.

Kendati kasus Covid-19 mulai turun, sejumlah pihak mengingatkan adanya potensi kenaikan, salah satunya karena penyebaran dari luar negeri.

Seperti diketahui, pemerintah akan memangkas masa karantina pelaku perjalanan internasional dari 8 hari menjadi 5 hari.

Epidemiolog mengingatkan pemangkasan masa isolasi itu berpotensi menimbulkan kebocoran kasus Covid-19. Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman berharap pemerintah menetapkan masa karantina minimal selama 7 hari.

Dia merujuk pada sebuah studi yang menyebutkan Selandia Baru mengalami kebobolan kasus Covid-19 lantaran negara tersebut sempat menetapkan kebijakan karantina perjalanan internasional kurang dari sepekan.

"Potensi bocornya (kasus Covid-19) besar," kata Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (11/10).

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi