Sebanyak 10 orang/kelompok menerima penghargaan Kalpataru tahun 2021 atas kepeloporannya memelihara dan melestarikan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia. Ini merupakan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan yang telah diberikan sejak 1980.
Pemberian Penghargaan Kalpataru bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, membuka peluang berkembangnya inovasi, kreativitas, dan prakarsa masyarakat, serta sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kepada individu maupun kelompok yang telah berpartisipasi aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan hutan.
“Penghargaan Kalpataru merupakan amanah bagi penerimanya, untuk tetap menjaga dan meningkatkan kepeloporan, serta upaya-upaya pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan,” kata Menteri Siti seperti dikutip dari laman Kementerian LHK pada Selasa (19/10).
Dia menjelaskan bahwa pemberian Penghargaan Kalpataru kepada 10 orang/kelompok berdasarkan 4 kategori, yaitu Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan, dan Pembina Lingkungan. Berikut daftar pemenang dan kontribusinya terhadap lingkungan:
Perintis Lingkungan:
- Purwo Harsono, S.P. (Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY), pengelola kawasan hutan pinus di Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta.
- Damianus Nadu (Bengkayang, Kalimantan Barat), menjaga kelestarian hutan adat Gunung Pikul Pengajid, desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang.
- Darmawan Denassa (Gowa, Sulawesi Selatan), pendiri rumah hijau Denassa.
- Yusri (Mandar, Sulawesi Barat), melestarikan penyu.
Pengabdi Lingkungan: Suswaningsih, S.TP (Gunung Kidul, DIY).
Penyelamat Lingkungan:
- Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pasar Rawa Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
- Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
- Sombori Dive Conservation Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
Pembina Lingkungan:
- H. Zarkasyi Hasbi, Lc. (Banjar, Kalimantan Selatan), pendiri ec0-pesantren atau pesantren berwawasan lingkungan Darul Hijrah Cindai Alus, Martapura.
- Suhadak (Lampung Timur, Lampung), mengubah konflik gajah di kawasan penyangga Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, menjadi ekowisata.
"Penerima penghargaan Kalpataru adalah tokoh penting dalam bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Mereka bukanlah orang sembarangan, mereka adalah champion, sosok yang khusus baik perseorangan maupun kelompok,” kata Siti.
Dia menambahkan bahwa para pemenang terpilih secara selektif dan ketat, mulai dari seleksi dan rekomendasi di tingkat daerah, verifikasi administrasi dan teknis oleh tim khusus yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, serta disidangkan oleh sembilan orang Dewan Pertimbangan yang memilki pengetahuan dan pengalaman luar biasa di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
Menteri Siti pun mengungkapkan jika tahun ini Pemerintah memberikan Penghargaan Khusus kepada Saudara Ali Topan dari Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Pemuda Inspiratif untuk Advokasi Lingkungan.
Penghargaan khusus ini sebagai bentuk perhatian Pemerintah kepada generasi muda. Dimana Indonesia kedepan akan menghadapi bonus demografi, sensus tahun 2020 mengungkapkan jika saat ini lebih dari 52% penduduk Indonesia adalah generasi muda.
Mereka harus didorong untuk peduli lingkungan hidup dan kehutanan. Kreativitas generasi muda pun menjadi poin penting yang diharapkan dapat dikelola untuk menunjang pembangunan yang berwawasan lingkungan.