AS Akan Beri Lampu Hijau Booster Kombinasi Merek Vaksin Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/hp/cf
Dado Ruvic/Illustration Botol kecil dengan label vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna terlihat dalam foto ilustrasi yang diambil Jumat (19/3/2021).
19/10/2021, 14.34 WIB

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) berencana mengizinkan warga mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) dengan jenis yang berbeda dari vaksin dosis pertama. Meski demikian, FDA tetap berharap penggunaan vaksin yang sama sebagai booster.

Para peneliti menemukan penerima suntikan dosis tunggal Johnson & Johnson yang disuntik booster Moderna mengalami peningkatan antibodi hingga 76 kali lipat dalam 15 hari. Sementara, mereka yang mendapatkan Johnson & Johnson dengan dosis tambahan sejenis hanya meningkatkan imunitas empat kali lipat.

FDA pada pekan ini akan memperluas jumlah warga Amerika yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan booster. Mereka kemungkinan juga akan mengizinkan kombinasi vaksin Moderna dan Johnson & Johnson pada Rabu malam.

Meski demikian, peneliti memperingatkan masyarakat agar tidak menyimpulkan kombinasi vaksin yang lebih baik. “(Studi ini) tidak didukung atau dirancang untuk membandingkan antar kelompok,” kata Dr. Kirsten E. Lyke, profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, dikutip dari New York Times pada Selasa (19/10).

 Sedangkan Komite penasihat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) akan mengkaji penggunaan vaksin booster pada Kamis (20/10) sebelum mengeluarkan rekomendasi.

Sebelumnya, studi yang dilakukan National Institutes of Health (NIH) di Amerika Serikat menemukan bahwa kombinasi jenis berbeda antara vaksin penguat dengan dosis sebelumnya menunjukkan hasil yang aman dan efektif.

Orang yang sebelumnya menerima vaksin Johnson & Johnson mendapatkan antibodi yang lebih kuat setelah menjalani booster Moderna atau Pfizer. Mereka yang awalnya divaksinasi dengan Pfizer atau Moderna dan menerima suntikan berbeda menghasilkan respons kekebalan yang sama kuat.

Direktur asosiasi untuk penelitian klinis Divisi Mikrobiologi dan Penyakit Menular di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NICD) Dr John Beigel mengatakan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. Ini agar publik tidak menarik kesimpulan menyeluruh dari temuan awal.

“Ini adalah bagian penting karena memberi tahu apakah kita bisa menggunakan vaksin secara berbeda serta apa yang terjadi jika kita melakukannya,” kata dia, seperti dikutip dari NBC News, Kamis (14/10).

Beigel mengatakan penelitian ini tidak dirancang untuk mengidentifikasi kombinasi vaksin booster apa yang lebih unggul. Sebaliknya, studi akan memberikan bukti bahwa dosis tambahan dengan kombinasi berbeda aman untuk digunakan.

Adapun, para peneliti mengukur tingkat antibodi dari 458 sukarelawan pada dua minggu dan empat minggu setelah vaksin booster diberikan. Sedangkan suntikan tambahan diberikan 4-6 bulan setelah vaksinasi dosis utama.

Para relawan dipisahkan dalam beberapa grup. Mereka terdiri dari kelompok penerima vaksin booster Pfizer, Moderna, dan Johnson & Johnson.

Tingkat antibodi pada orang yang awalnya divaksinasi dengan satu suntikan Johnson & Johnson meningkat lima kali lebih tinggi setelah menerima booster merek yang sama. Sedangkan, relawan kelompok Johnson & Johnson memiliki antibodi yang melonjak 50 kali usai disuntik booster Moderna.

Reporter: Rizky Alika