Anak muda Indonesia menaruh perhatian besar terhadap isu perubahan iklim. Survei Indikator Politik Indonesia menyebut 43% anak muda mau berkontribusi hingga Rp 30.000 per bulan dalam bentuk pajak untuk mendukung pemerintah mengatasi krisis iklim.
Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia mengatakan hasil survei ini membuktikan gen-z dan milenial menganggap isu perubahan lingkungan harus menjadi prioritas pemerintah. Sebanyak 6 dari 10 responden setuju bahwa iklim dunia berubah akibat aktivitas manusia.
Tren ini harus menjadi perhatian sebab 78% dari responden tercatat sudah mengikuti Pemilu 2019. Adapun 84% lainnya mengatakan akan mengikuti Pemilu 2024. Angka ini bahkan diprediksi meningkat dua kali lipat dengan bertambahnya pemilih pemula gen-z.
“Memang ada perubahan demografi. Baby boomers mungkin nggak terlalu peduli sama isu ini. Tetapi, lain sama anak muda.” ujarnya, Rabu (27/10).
Burhanudin melanjutkan beberapa isu perubahan iklim dan turunannya menjadi perhatian penting bagi anak muda. Ini misalnya soal polusi dan kerusakan lingkungan. Adopsi energi baru dan terbarukan (EBT) juga menjadi salah satu desakan generasi muda. Selain itu, ada juga persoalan korupsi, kesehatan dan budaya juga turut menjadi perhatian generasi muda.
Politisi Partai Gerindra Rahayu Saraswati mengatakan DPR masih belum memberikan perhatian serius terhadap isu perubahan iklim. Apalagi saat ini sebagian besar anggota DPR merupakan gen-x atau baby boomers.
“DPR banyak yang belum melihat ini sebagai hot issue," ujarnya, Rabu (27/10).
Jika dilihat dari sisi asal responden, kekhawatiran terhadap polusi, perubahan iklim, dan kerusakan lingkungan juga terbagi hampir rata antara responden yang berasal dari kota maupun desa. Tercatat bahwa 70% responden dari pedesaan dan 77% responden dari perkotaan khawatir mengenai polusi, 69% dari desa dan 70% dari kota khawatir mengenai perubahan iklim, dan 79% dari desa serta 85% dari kota khawatir terkait kerusakan lingkungan.
Sebanyak 53% responden juga berpendapat dampak perubahan iklim sudah dirasakan saat ini. Sedangkan, beberapa dari responden masih berpendapat perubahan iklim baru akan berdampak buruk dalam waktu 10 hingga 50 tahun mendatang.
“Ini adalah survei bersejarah di Indonesia. Hari ini di Indonesia, isu-isu lingkungan, sustainable development, dan climate change belum menjadi isu populis untuk para politisi saat pemilu dan pilkada,” Ujar Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII DPR, menjelaskan bahwa isu perubahan iklim juga masih belum mudah memasuki ruang bicara DPR. “Political will ini kan gampang untuk diucapkan, tetapi ternyata untuk direalisasikan itu tidak segampang itu.”
Survei ini dilakukan dengan melibatkan 4.020 responden terdiri atas 3.216 responden usia 17-26 tahun dan 804 responden usia 27-35 tahun. Survei ini memiliki tingkat toleransi kesalahan sekitar ±1,8% pada tingkat kepercayaan 95% untuk kelompok usia 17-26 tahun dan toleransi
kesalahan sekitar ±3,5% untuk kelompok usia 27-35 tahun.
Penyumbang Bahan: Amartya Kejora