Sebuah unggahan di media sosial Facebook menampilkan tangkapan layar cuitan Twitter akun @DRAFZALNIAZ2. Di dalamnya tertulis soal klaim pemindaian atau scan magnetic resonance imaging (MRI) harus dihindari setelah menerima vaksin Covid-19.
Narasi yang tercantum adalah:
I am warning vaxxed individuals to avoid MRI scans, especially for the 1st few weeks, as some people have been severely affected by the electromagnetism it produces. The most severe cases have resulted in the death of patiens.
Dalam bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai berikut:
Saya memperingatkan individu yang telah menerima vaksin untuk menghindari pemindaian MRI, terutama bagi yang baru menerimanya dalam beberapa minggu, karena beberapa orang telah sangat terpengaruh oleh gelombang elektromagnetis yang dihasilkan. Kasus yang paling parah mengakibatkan kematian pada pasien.
Penelusuran Fakta
Melansir dari AFP, para ahli percaya pemindaian MRI aman setelah vaksinasi. “Sama sekali tidak ada data yang menunjukkan pemindaian itu harus dihindari setelah vaksin Covid-19 apapun,” kata ahli saraf dan profesor dari Universitas British Columbia, Kanada, Lara Boyd.
Profesor biofisika medis dari Universitas Toronto Jean Chen pun berpendapat serupa. Vaksinasi bukanlah alasan untuk melewatkan MRI. Pemindaian ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosis pasien dan penelitian.
MRI memancarkan gelombang radio medan magnet untuk menghasilkan gambar detail bagian dalam tubuh. “Tidak ada vaksin Covid-19 yang dapat mempengaruhi proses ini karena vaksin tidak mengandung bahan magnetik,” ujar Chen. Dalam vaksin Covid-19 tidak ada material mekanik, elektrik, dan magnetis.
Dalam beberapa pesan berantai yang tersebar di media sosial kerap muncul material graphen oxide yang dipercaya ada di dalam vaksin. Bahan baku inilah, yang diklaim pada kabar hoaks tersebut, membuat MRI tidak aman. Padahal, AFP menuliskan, vaksin Covid-19 tidak mengandung material tersebut.
Profesor emeritus radiologi dari Universitas British Columbia, Dokter David Li, menyebut hanya mengetahui satu komplikasi yang ditemukan saat pemindaian MRI setelah vaksin virus corona. “Satu-satunya masalah yang saya sadari adalah kemungkinan temuan ‘positif palsu’ terkait pembesaran kelenjar getah bening,” ucapnya.
Kejadian tersebut juga termasuk dalam temuan profesor radiologi Sekolah Kedokteran Harvard, AS, Dokter Connie Lehman. Ia mengatakan, sejumlah kecil pasien mengalami pembengkakan kelenjar getah bening setelah vaksinasi. Kondisi ini terutama terjadi di lokasi tempat suntikan diberikan.
Reaksi tubuh seperti itu normal terjadi terhadap vaksin. Namun, ketika terlihat pada pemindaian mammogram, misalnya, dapat menyebabkan biopsi tidak perlu untuk memastikan tidak ada kanker.
Lehman tetap mendorong pasien untuk divaksinasi dan mengatakan tidak ada lasan untuk menunda pemindaian. “Vaksin tidak melakukan apa pun yang membuat MRI tidak aman,” katanya.
Di Indonesia, melansir dari situs covid19.go, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi telah membantah klaim bahaya pemindaian MRI usai vaksinasi.
Vaksin Covid-19 berisi virus yang telah dimatikan. “Zat di dalamnya berbentuk cairan untuk stabiltias vaksin sehingga tidak ada kandungan elektro magnetik di dalamnya,” ujarnya.
Kesimpulan
Klaim pemindaian MRI harus dihindari usai menerima vaksinasi Covid-19 merupakan informasi keliru. Bahan baku pembuatan vaksin tidak mengandung material magnetik yang membahayakan pemindaian tersebut.
Para ahli percaya pemindaian MRI tetap aman. Pasien yang baru saja menerima vaksin virus corona tetap dapat melakukannya dan disarankan untuk tidak menundanya.
Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan