Indonesia, Malaysia, dan Thailand telah merampungkan 14 proyek infrastruktur konektivitas prioritas senilai Rp 555 triliun melalui kerja sama segitiga pertumbuhan (growth triangle/IMT-GT) ketiga negara. Kerja sama ini diklaim telah memacu pembangunan ekonomi dan memperkecil kesenjangan antar-wilayah.
Kerja sama ini melibatkan provinsi-provinsi dari ketiga negara yang secara geografis berdekatan. Daerah-daerah yang masuk dalam lingkup kerja sama ini adalah 10 provinsi di pulau Sumatera, Indonesia; 8 negara bagian Malaysia di semenanjung Malaka; dan 14 provinsi Thailand bagian selatan.
"Memasuki akhir dari implementasi cetak biru 2017-2021, terdapat 14 proyek konektivitas prioritas yang telah selesai, lima proyek di Indonesia, tiga proyek di Malaysia, dan enam proyek di Thailand dengan total proyek sekitar US$ 39 miliar (Rp 555 triliun)," kata Airlangga dalam konferensi pers virtual, Kamis malam (28/10).
IMT-GT mencakup tujuh bidang utama yaitu pariwisata, perdagangan dan investasi, transportasi, pertanian, lingkungan, sumber daya manusia serta kerja sama bidang halal. Kerja sama IMT-GT ini juga merupakan building block dari kerjasama ASEAN.
Adapun, ke-14 proyek infrastruktur tersebut yakni, Kereta api Tanah Melayu Berhad (KTMB), Cargo Terminal Perlis, Light Rail Transit (LRT) Palembang, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang, KEK Sei Mangkai, KEK Arun, dan Palapa Ring.
Selain itu, proyek infrastruktur lainnya yakni fasilitas Custom, Immigration, Quarantine (CIQ) Wang Prachan, CIQ Padang Besar (Thailand), New CIQ Sadao, New CIQ Bukit Kayu Hitam, CIQ Padang Besar (Malaysia), Bandara Hat Yai, Bandara Betong, dan Songkhla Rubber City.
"Saat ini terdapat lima koridor ekonomi yang menghubungkan titik-titik utama antara daerah di ketiga negara. Dan untuk meningkatkan keterhubungan di ketiga negara, maka diberikan penambahan koridor baru yang akan difokuskan melalui keterhubungan laut," kata dia.
Koridor ekonomi tersebut di antaranya, koridor ekonomi Songkhla-Penang-Medan Economic Corridor, Koridor ekonomi Selat Malaka, koridor ekonomi Banda Aceh-Medan-Dumai-Palembang, koridor ekonomi Melaka-Dumai, koridor ekonomi Ranong-Phuket-Aceh. serta Koridor Ekonomi Thailand Selatan-Malaysia Timur-Sumatera Selatan.
Pada cetak biru 2022-2026, ia mengatakan IMT-GT akan menekankan pada program yang lebih konkret berdasarkan pendekatan koordinasi ekonomi dan integrasi regional, dorongan partisipasi sektor swasta, dan dukungan pertumbuhan inklusif.
Di samping itu, cetak biru terbaru juga akan didasarkan pada adopsi perkembangan ekonomi hijau, biru, dan sirkuler, serta penyesuaian kelembagaan lintas sektoral.
Dalam periode tersebut, Indonesia telah mencoba berkontribusi antara lain melalui pembangunan konektivitas fisik subkawasan senilai US$ 17,9 miliar (Rp 252 triliun) dan dukungan proyek-proyek antara lain Bengkulu Digital and Tourism Village, Aceh Investment Sport, Batam Green City Initiative, dan sejumlah proyek-proyek lainnya.
"Beberapa arahan khusus dari Presiden Jokowi, yang pertama adalah percepatan pembangunan infrastruktur baik hub infrastruktur maupun soft infrastruktur. Kedua, mendukung ketahanan pangan dan energi dengan melakukan identifikasi produk pertanian bernilai tambah tinggi untuk dikembangkan lebih lanjut," ujar dia.
Kemudian, Presiden Jokowi juga mengarahkan agar transformasi ekonomi digital termasuk untuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dipercepat oleh negara-negara IMT-GT.