Jokowi Ungkap Capaian Sektor Kehutanan RI di Pertemuan COP26 Inggris

Lukas-Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden RI, Joko Widodo dalam pembukaan Action on Forest and Land Use Event, 26th Conference of the Partiesrn (COP26) di Glasgow, Inggris, 2 November 2021
Penulis: Rizky Alika
3/11/2021, 08.56 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka gelaran Action on Forest and Land Use Event COP26 di Glasgow, Inggris pada Selasa (2/11). Pada kesempatan ini, Jokowi menargetkan Indonesia menjadi penyerap karbon (net carbon sink) pada 2030.

"Ini adalah komitmen Indonesia menjadi bagian dari solusi. Capaian nyata Indonesia di sektor kehutanan tidak terbantahkan,” kata Jokowi dalam keterangan pers, Selasa (2/11).

Jokowi membuka pertemuan bersama Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Kolombia Ivan Duque. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan World Leaders' Summit COP26.

Kepala Negara berbagi pandangan mengenai perlindungan dan pengelolaan hutan yang menyeluruh. Pada kesempatan ini, Jokowi menjelaskan terkait mekanisme insentif melalui sertifikasi dan standar produksi yang berkeadilan, serta mobilisasi dukungan pendanaan dan teknologi bagi negara berkembang.

Mantan Wali Kota Solo itu juga menyatakan, pengelolaan hutan secara berkelanjutan membuahkan hasil bagi Indonesia. Ini tecermin dari berhasilnya Indonesia dalam meminimalkan kebakaran hutan, deforestasi, dan emisi dari sektor kehutanan di saat dunia terus kehilangan tutupan hutan primer.

Upaya tersebut dilakukan dengan mengubah paradigma dari manajemen produk hutan menjadi manajemen lanskap hutan. Alhasil, pengelolaan area hutan menjadi lebih menyeluruh.

Action on Forest and Land Use Event COP26 bertujuan membahas peran sektor kehutanan dan guna lahan. Ini terkait perubahan iklim, melalui empat area aksi yakni:

  1. Komitmen politis
  2. Mendorong pendanaan
  3. Konsumsi, produksi, dan perdagangan berkelanjutan
  4. Kontribusi terhadap penghidupan masyarakat.

Selama tahun ini, Indonesia juga menjalankan peran sebagai Co-chair Forest, Agriculture, and Commodities Trade (FACT) Dialogue bersama Inggris.

Dialog tersebut merupakan proses paralel COP26 yang bertujuan memajukan dan mengembangkan prinsip-prinsip kolaborasi. Ini guna mendukung konservasi hutan yang berjalan bersamaan dengan pembangunaan berkelanjutan.

Sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia memiliki lahan hijau dan laut yang luas. Oleh sebab itu, ia berharap negara maju mau berkontribusi, terutama dalam pendanaan untuk mengurangi emisi karbon.

Apalagi Indonesia memulai sejumlah langkah demi merespons perubahan iklim, di antaranya:

  1. Pengembangan ekosistem mobil listrik
  2. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar di Asia Tenggara
  3. Mengembangkan biodiesel
  4. Membangun kawasan industri hijau di Kalimantan Utara
  5. Menurunkan laju deforestasi menjadi yang terendah dalam 20 tahun
  6. Menurunkan angka kebakaran hutan hingga 82% tahun lalu
  7. Rehabilitasi 600 ribu hektare hutan mangrove sampai 2024

“Sektor yang semula menyumbang 60% emisi akan mencapai carbon net sink pada 2030.” kata Jokowi.

Ia juga meminta perdagangan karbon menjadi bagian besar pencegahan perubahan iklim. Ia berharap ada ekosistem ekonomi karbon yang transparan, inklusif, dan berintegritas.

Reporter: Rizky Alika