Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dituding terlibat dalam bisnis tes Polymerase Chain Reaction (PCR) lewat PT Genomik Solidaritas Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) pun memberikan klarifikasi.
PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi yang terafiliasi dengan Luhut, tercatat memiliki saham di GSI yang merupakan perusahaan yang mengelola laboratorium untuk tes PCR.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto menjelaskan kronologi pembentukan GSI. Pada awal pandemi, Luhut memberikan donasi kepada sejumlah fakultas kedokteran di Indonesia untuk meningkatkan kapasitas PCR.
Saat itu, salah satu teman Luhut mengajak untuk berpartisipasi dalam pendirian laboratorium tes Covid-19 berkapasitas tinggi, yaitu sebanyak 5 ribu tes per hari. Lab tersebut juga melakukan whole genome sequencing.
Seto juga mengusulkan Luhut untuk ikut berpartisipasi dalam pendirian lab tersebut. "Maka tanpa pikir panjang, Pak Luhut menyampaikan ke saya, 'Kita bantu lah, To, mereka ini'," kata Seto dalam keterangannya, Senin (8/11).
Luhut pun membantu pendirian GSI melalui Toba Sejahtera lantaran perusahaan tersebut memiliki dana untuk kebutuhan lab PCR. Meski demikian, baik Luhut maupun Seto belakangan tak pernah memantau aktivitas GSI.
Namun beberapa waktu yang lalu, Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menerima pertanyaan dari Majalah Tempo mengenai keterkaitan Luhut dan GSI. Seto pun melaporkan pesan tersebut kepada Luhut.
"Beliau sempat tanya ke saya, 'Emangnya Toba Sejahtera punya saham di GSI, To?'. Beliau tidak ingat rupanya," ujar Komisaris BNI ini.
Seto lalu menceritakan kronologi pembentukan GSI yang masih diingat. Mendengar penjelasan, Luhut meminta Jodi dan Seto untuk menjelaskan fakta yang ada kepada Tempo. Tak berapa lama, Tempo menuliskan dugaan keterlibatan mantan Menko Polhukam itu dalam tes PCR.
Seto menjelaskan GSI didirikan dengan semangat solidaritas untuk membantu penanganan pandemi. Untuk itu, keuntungan yang diperoleh digunakan kembali untuk tujuan sosial, seperti memberikan PCR gratis untuk yang tidak mampu, tenaga kesehatan, ataupun pasien di RS Wisma Atlet.
GSI juga melakukan genome sequencing secara gratis untuk membantu Kementerian Kesehatan dalam mendeteksi varian Delta. Pembentukan perusahan terbuka ini dinilai lebih berkelanjutan karena tidak mengandalkan donasi.
Dalam perjanjian pemegang saham GSI, ada ketentuan 51% dari keuntungan harus digunakan kembali untuk tujuan sosial. "Oleh karena itu, sampai detik ini tidak ada pembagian keuntungan seperti dividen kepada pemegang saham," ujar Seto.
Sementara, hasil laba yang lain digunakan untuk melakukan reinvestasi terhadap peralatan atau kelengkapan lab yang lain, salah satunya untuk genome sequencing.
Adapun, Luhut ditunjuk sebagai koordinator PPKM Jawa-Bali pada Juli 2020, jauh setelah pendirian GSI. Sementara, alasan penggunaan PCR untuk penumpang pesawat diberlakukan karena ada peningkatan resiko kasus.
Seto mengatakan setiap keputusan yang diambil didasarkan pada analisis data dan situasi sehingga kondisi Covid-19 di Jawa-Bali bisa lebih baik. "Tidak ada keputusan yang diambil karena mengedepankan kepentingan GSI, termasuk usulan PCR untuk penumpang pesawat," ujar dia.