Bio Farma Buka Celah Harga Tes PCR Turun di Bawah Rp 275 Ribu

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nz
Petugas kesehatan melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan RT-PCR saat simulasi penerbangan internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Sabtu (9/10/2021).
9/11/2021, 15.12 WIB

Pemerintah telah menurunkan batas tarif tertinggi tes Polymerase Chain Reaction (PCR) menjadi Rp 275 ribu untuk Jawa-Bali dan Rp 300 ribu di luar wilayah itu. Namun, holding BUMN farmasi yakni PT Bio Farma (Persero) mengatakan masih ada celah untuk kembali menurunkan harga tes PCR.

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan, pihaknya tengah mengalkulasikan harga tes PCR yang lebih murah. Caranya dengan menggunakan alat uji produksi Bio Farma, yaitu Bio Saliva.

"Masih ada sebenarnya celah kita untuk turunkan harga. Tapi berapa persennya belum dihitung," kata Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (9/11).

 Bio Saliva merupakan alat uji untuk mendeteksi Covid-19 dengan metode kumur. Pengambilan sampel bisa dilakukan oleh masyarakat yang dites dengan berkumur-kumur serta memasukkan hasilnya ke dalam wadah.

Honesti menilai pemeriksaan PCR lebih mudah dan aman dengan Bio Saliva lantaran sampel bisa diambil secara massal. Di sisi lain, tenaga kesehatan tidak harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lantaran sampel tidak diambil oleh mereka.

Untuk itu, ia memperkirakan harga tes PCR bisa ditekan melalui komponen APD serta peningkatan volume sampel. Sebab, alat tes PCR beroperasi dengan jumlah sampel besar. "Tapi kami belum hitung detail implikasi penurunan biaya," ujar dia.

Di sisi lain, ada sejumlah komponen biaya yang tidak bisa diubah, salah satu contohnya adalah biaya tenaga kesehatan. Oleh sebab itu, perusahaan farmasi pelat merah akan menekan biaya dari sumber lain.

Direktur PT Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan,  ada sejumlah komponen pada penetapan harga tes PCR, yaitu reagen, tenaga kesehatan, APD, dan overhead cost. "Mungkin kami bisa efisiensi sedikit di overhead cost," ujar dia.

Dalam rapat tersebut, Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima meminta BUMN farmasi untuk menurunkan harga tes PCR. Hal ini menjadi penting lantaran aktivitas ekonomi pada bidang transportasi, akomodasi, dan pariwisata akan bergantung pada tarif PCR.

 "Pergerakan akomodasi dan sektor lain membutuhkan yang membutuhkan PCR akan semakin bergerak," ujar dia.

Reporter: Rizky Alika