Penjelasan Tentang Pupuk Organik yang Penting untuk Dipahami

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/hp.
Petani memupuk tanaman bawang merah menggunakan pupuk organik di Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi, Rabu (11/11/2020). Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik guna menciptakan ketahanan lingkungan dan meningkatkan kualitas produk.
Penulis: Siti Nur Aeni
12/11/2021, 14.36 WIB

Tren pertanian organik yang mulai berkembang membuat penggunaan pupuk organik semakin banyak. menurut survey yang dilakukan oleh Central Data Mediatama Indonesia (CDMI) menunjukan bahwa kebutuhan pupuk organik terus meningkat dari tahun 2011 – 2013.

Di tahun 2011 kebutuhan jenis pupuk ini 12,3 juta ton, tahun 2012 bertambah menjadi 12,6 juta ton, dan tahun 2013 bertambah lagi menjadi 12,9 juta ton.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 2 Tahun 2006, pupuk organik adalah sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa. Pupuk ini dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik. Kandungan didalamnya bisa memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Manfaat Pupuk Organik  

Aplikasi jenis pupuk ini diketahui memberikan banyak manfaat bagi lingkungan maupun tanaman. Mengutip dari Jurnal Biologi Tropis 16(2), berikut beberapa menfaat dari penggunaan pupuk organik.

  1. Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
  2. Menyediakan unsur hara bagi tanaman.
  3. Meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
  4. Meningkatkan pertumbuhan benih.

Sementara itu dalam dispertan.bantengprov.go.id, dijelaskan bahwa beberapa manfaat pupuk organik sebagai berikut.

  1. Mempermudah pengolahan lahan pertanian.
  2. Harganya mudah dan mudah didapat.
  3. Memiliki unsur hara mikro yang lengkap.
  4. Dapat menghidupkan mikroorganisme tanah.
  5. Memobilisasi hara dalam tanah sehingga bisa membentuk partikel ion yang mudah diserap tanaman.
  6. Mencegah kelebihan suplai hara yang membuat tanaman keracunan.
  7. Menjaga kelembapan tanah.
  8. Mencegah erosi tanah.
  9. Meningkatkan kesuburan tanah.
  10. Aman untuk kesehatan manusia.

Macam-macam Pupuk Organik

Pupuk organik sangat bergam jenisnya, bisa dibagi berdasarkan bentuk maupun bahan penyusunnya. Berikut penjelasan tentang macam-macam jenis pupuk organik.

Pupuk Organik Berdasarkan Bentuknya

Jika melihat dari definisi pupuk organik dalam Peraturan Menteri Pertanian, maka secara garis besar jenis pupuk ini terbagi menjadi dua macam. Yaitu pupuk organik padat dan cair. Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Pupuk Organik Padat

Menurut penjelasan di modul “Pembuatan Pupuk Padat dan Cair dari Sampah Organik”, pupuk organik padat adalah pupuk yang tersusun dari makhluk hidup seperti pelapukan sisa tanaman, hewan, dan manusia.

Jenis pupuk ini memiliki banyak unsur hara. Sumber bahan organik ini terdiri dari pupuk kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa penen limbah ternak, limbah industri dari bahan pertanian, hingga sampah.

2. Pupuk Organik Cair

Berdasarkan penjelasan di jurnal Konversi 5(2), pupuk organik cair (POC) adalah larutan hasil pembusukan bahan organik yang berasal dari kotoran hewan, sisa tanaman dan manusia. POC memiliki kandungan unsur hara yang beragam.

Beberapa kelebihan dari pupuk organik cair antara lain; bisa mengatasi kekurangan hara, tidak menyebabkan pencucian hara, dan menyediakan hara dengan cepat. Pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan yang diberikan ke tanah dapat langsung digunakan oleh tanaman.

Pupuk Organik Berdasarkan Bahan Penyusunnya

Sementara itu dalam laman distan.bulelengkab.go.id, diterangkan bahwa jenis pupuk organik ini juga bisa dibagi berdasarkan bahan penyusunnya, yang terdiri atas:

1. Pupuk Hijau

Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman baik dari sisa penen maupun tanaman yang sengaja di tanam kemudian diambil hijauannya. Tanaman yang biasanya digunakan untuk membuat pupuk hijau yaitu kacang-kacangan dan tanaman air.

Jenis pupuk ini mengandung hara khususnya nitrogen yang cepat terurai dalam tanah. Aplikasi pupuk hijau dilakukan dengan cara dibenamkan dalam tanah atau melalui pengomposan.

2. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah jenis pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan seperti unggas, sapi, kerbau, atau kambing. Pupuk kandang ini biasanya digunakan untuk tanaman yang hasil panen utamanya berasal dari buah atau biji. Seperti timun, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

3. Pupuk Kompos

Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari pelapukan bahan organik melalui proses biologis atau bantuan organisme pengurai. Pembuatan pupuk kompos bisa dilakukan dengan dua metode yakni anaerob (tanpa udara) dan aerob (dengan udara).

Jenis pupuk yang berasal dari hasil pengomposan antara lain, pupuk bokashi, vermikompos, pupuk organik cair, dan pupuk organik tablet. Keberagaman jenis tersebut dikarenakan teknologi pembuatan kompos sudah sangat berkembang.

4. Pupuk Hayati

Jenis pupuk hayati adalah pupuk yang terdiri atas organisme hidup yang mempunyai kemampuan untuk menambah kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi bagi tanaman. Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri tertentu.

Mislanya bakteri Azotobacter choococum untuk mengikat N, Bacillus megaterium untuk melarutkan unsur P, dan Bacillus mucilaginous untuk melarutkan unsur K.

Cara Membuat Pupuk Organik Cair

Pembuatan pupuk organik sebenarnya tidak sulit. Bahan maupun alat yang dibutuhkan mudah dijumpai. Mengutip dari modul “Pembuatan Pupuk Padat dan Cair dari Sampah Organik”, berikut cara membuat pupuk organik cair.

Bahan dan alat:

  1. Drum 200 liter beserta tutupnya.
  2. Stop kran diameter 1 – 1,5 inchi.
  3. Sock berderat pipa pralon PVC, ukurannya disesuaikan dengan stop kran.
  4. Seal karet ban dalam.
  5. Plastik yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran drum.
  6. Sampah organik seperti sisa sayur dan buah.
  7. EM-4.

Cara membuat:

  1. Pasang pelat plastik yang telah dilubangi ke dalam drum.
  2. Pasang penahan dibawah pelat plastik untuk menahan sampah yang akan dijadikan pupuk organik cair.
  3. Buat lubang di samping drum untuk tempat stop kran.
  4. Pasang stop kran di lubang tersebut lalu lapisi dengan karet seal pada bagian luar dan dalam.
  5. Pada bagian dalam pasang sock pipa plastik dengan stop kran. Lalu kencangkan agar stop kran tidak bocor.
  6. Setelah alat pembuatan selesai, lanjutkan dengan memasukan seluruh sampah organik yang sudah dicincang ke dalam wadah tersebut.
  7. Masukkan juga EM-4 sebagai bibit bakteri.
  8. Tutup drum dengan rapat.
  9. Setelah fermentasi selesai, tampung pupuk cair dalam wadah lalu diaerasi agar aroma fementasi hilang.
  10. Terakhir, kemas POC dalam wadah tertutup lalu aplikasikan ke tanaman.

Sebagai tambahan informasi, fementasi POC ini berlangsung sekitar 14 hari. Apabila sampah sisa buah dalam drum tersebut menyusut akibat fermentasi, maka dapat ditambah lagi dengan sampah baru untuk melanjutkan pembuatan POC.

Namun jika wadah sudah penuh dengan sampah padat, maka wadah bisa dikosongkan terlebih dahulu lalu dibersihkan dan ditata ulang. Padatan tersebut bisa digunakan untuk membuat kompos atau pupuk organik padat. Sehingga tidak ada limbah yang tersisa.