UTS Dukung Niat Indonesia Hasilkan Talenta Digital Berkualitas

Katadata
Salah satu mahasiswa Universitas Teknologi Sydney ditengah aktivitas belajar, terlihat di salah satu sudut kampus. (Universitas Teknologi Sydney)
Penulis: Dicky Christanto W.D - Tim Publikasi Katadata
18/11/2021, 14.36 WIB

Jakarta-Indonesia, negara berpenduduk terbesar di kawasan, memiliki jumlah pengguna internet sebesar 202 juta. Mayoritas penduduk merupakan Generasi Z dan Milenial dengan rentang umur 8 hingga 39 tahun yang mempunyai tingkat adaptasi digital tinggi.

Kondisi pandemi yang sudah berlangsung hampir dua tahun ini telah menambah konsumen baru ekonomi digital sebesar 37 persen. Dari jumlah ini, sebanyak 93 persen di antaranya akan tetap memanfaatkan produk ekonomi digital setelah pandemi.

Aktivitas ekonomi digital masyarakat tercatat terus menanjak, bahkan Indonesia tercatat telah menyumbang 41,9 persen, sebesar Rp 627 triliun atau US$ 44 miliar, dari total transaksi ekonomi digital di ASEAN selama 2020. Tren ini akan terus meningkat, transaksi ekonomi digital diperkirakan akan naik tiga kali lipat, menyentuh US$124 miliar atau Rp 1,769 triliun pada 2025.

Indeks Literasi Digital Indonesia 2020 berada pada skala “sedang”. Menyadari besarnya potensi yang ada, dan masa depan ekonomi digital yang cerah, maka pemerintah saat ini sedang bergiat meningkatkan pembangunan dan pengembangan di berbagai lini, dengan bertumpu pada infrastruktur digital. Salah satu sisi penting dalam pengembangan infrastruktur digital adalah pembentukan talenta digital mumpuni.

Indonesia membutuhkan 600.000 talenta digital setiap tahunnya. Diharapkan, seiring bertambah banyaknya talenta digital di Indonesia, akan memicu terbentuknya berbagai ekosistem ekonomi digital, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pembangunan nasional.

Peluang inilah yang dilirik oleh Universitas Teknologi Sydney (UTS), salah satu universitas kelas dunia dari Australia. UTS menawarkan suatu bentuk pendidikan dan pembinaan mahasiswa yang unik dan bernilai strategis, di mana pendekatan nilai-nilai kewirausahaan begitu dominan.

Dengan kampus yang berlokasi di tengah kota Sydney, salah satu kota terbaik dunia untuk ditinggali, maka era digital menjadi begitu dekat dan relevan. Perjumpaan yang mengesankan antara proses belajar yang dilakukan di salah satu kampus paling strategis, dengan lanskap kota yang mendukung, seolah menjadi cara semesta mendukung ambisi-ambisi muda.

Saat ini, menurut pihak universitas, 40 persen dari jumlah mahasiswa yang ada, lebih menginginkan untuk membuka usaha sendiri. Menjadi seorang wirausaha di era digital, tengah menjadi keinginan begitu banyak mahasiswa.

Murray Hurps, direktur bidang kewirausahaan Universitas Teknologi Sydney mengomentari fenomena wirausaha di era digital ini. “Belum pernah terjadi dalam sejarah manusia, sebuah era, di mana kita bisa mengembangkan solusi secara mudah, instan,"  ujar dia, "bahwa kita dapat membagikan solusi itu secara gratis kepada klien atau pelanggan usaha kita di mana pun mereka berada, hanya berbekal laptop.”   

Pembelajaran dilakukan di tengah suatu lingkungan internasional yang sangat beragam, dengan mahasiswa berlatar belakang 130 bahasa yang berbeda, tentunya akan menjadi suatu wadah menarik bagi perdebatan dan adu konsep yang seru dari berbagai pemikiran kritis, segar dan baru bagi setiap mahasiswa.

Saat ini, lebih dari 200 mahasiswa dari Indonesia tengah menimba ilmu di UTS, dan sudah begitu banyak alumni UTS yang berkiprah di berbagai lini usaha di Indonesia, bahkan tidak sedikit dari mereka saat ini memegang peran strategis.

Untuk menyebut beberapa di antaranya, nama-nama seperti Andre Soelistyo, yang saat ini menjadi CEO GoTo, Aurora Lovenson Chandra, salah satu pendiri 11D Entertainment, Francisco Widjojo, managing partner Arkblu Capital, Steven Tjan, CEO Boga Group dan Aryabimo Harfiandi, Telecommunication and Entertainment Service Lead Google Indonesia, telah menjadi saksi betapa ilmu yang mereka dapat dari UTS menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan karir mereka saat ini.

Francisco Widjojo, salah satu alumni dari Fakultas Hukum dan Bisnis, berkisah betapa memadu padankan keilmuan yang diraihnya di UTS dengan realita yang dia hadapi di Indonesia, telah memotivasinya untuk berkontribusi lebih aktif guna mendorong laju permodalan usaha bagi usaha kecil dan menengah di Indonesia.

“Indonesia memiliki segalanya yang dibutuhkan untuk mengadopsi era ekonomi digital. Kami di Arkblu Capital berambisi untuk berkontribusi dalam memberdayakan 64 juta usaha kecil dan menengah melalui teknologi,” ujar Francisco.

Naluri kewirausahaan mumpuni tentunya didapat melalui kerja keras. Untuk memenuhi hal ini, pihak universitas juga telah menjalankan berbagai strategi, di antaranya dengan mengakomodasi kewirausahaan pada kurikulum maupun pada kegiatan extra kurikulum yang digunakan banyak mahasiswa untuk menciptakan perusahaan rintisan (startup) milik mereka sendiri.

Saat ini, misalnya, UTS membina lebih dari 329 usaha rintisan yang dipimpin dan dikelola oleh mahasiswanya.

Pengenalan pada pola berpikir kritis dalam kewirausahaan, dibarengi dengan penguasaan keilmuan, nantinya akan berkontribusi besar pada kemampuan para mahasiswa, baik ketika mereka memutuskan untuk membuat rintisan, berwirausaha maupun bekerja pada perusahaan.

“Pekerja dengan ketrampilan tinggi dan para insinyur lintas keilmuan akan menjadi kunci kesuksesan proses transformasi digital. Oleh karena itu, pembelajaran kemampuan digital baru harus diprioritaskan,” Dr. Diep Nguyen, salah satu dosen di Fakultas Teknik dan Teknologi Informasi Universitas Teknologi Sydney, berujar.

Terkait trend keuangan digital masa depan, Profesor Talis Putnins, pakar keuangan UTS, menambahkan bahwa produk keuangan digital, yang sejatinya mewakili kepemilikan aset, akan juga diperjualbelikan dalam suatu ekosistem pasar yang berbasis blockchain.

“Segala proses terkait hal ini, nantinya akan semakin membuka peluang bagi aliran modal dan menciptakan pasar global yang terintegrasi dan akan berperan besar dalam perkembangan ekonomi di masa depan,” ujar Putnins.

Dalam semangat untuk meningkatkan pengetahuan tentang ekonomi digital, Universitas Teknologi Sydney bekerja sama dengan Katadata.co.id, akan menyelenggarakan webinar yang akan berlangsung selama dua hari, pada 23 dan 24 November, berjudul “The Future of Digital Economy in Indonesia” (Masa Depan Ekonomi Digital di Indonesia).

Berbagai pembicara lintas usaha dan keilmuan akan hadir, termasuk dua pembicara utama, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makariem dan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate. Acara ini bisa diikuti di berbagai platform digital seperti kanal Youtube milik Katadata, www.katadata.co.id dan aplikasi zoom.

 Bagi yang ingin berpartisipasi bisa registrasi pada link berikut : http://tiny.cc/webinarUTS2021