Skenario koalisi antara Partai Gerindra dan PDI Perjuangan dinilai dapat menghasilkan ceruk suara yang besar dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Meski demikian, Prabowo dinilai akan sulit untuk menang pada Pilpres 2024 meski didukung PDIP sekalipun.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komaruddin mengatakan koalisi Gerindra-PDIP akan sulit menang jika mengusung Prabowo dengan Puan Maharani. Hal ini lantaran masyarakat Indonesia juga menganut ideologi religius sehingga perlu sosok untuk memikat hati para pemilih muslim. 

Lebih lanjut, Ujang mengatakan kekurangan dari koalisi Gerindra-PDIP adalah tidak terakomodirnya poros muslim dengan kepentingan koalisi. Ujang mengatakan koalisi tersebut bisa mengambil contoh dari Joko Widodo yang menggandeng Ma'ruf Amin sebagai pasangannya pada Pilpres 2019 lalu untuk mengambil suara dari poros muslim.

Ujang menyebut Gerindra dan PDIP dapat membujuk partai-partai muslim untuk berkoalisi dengan menjanjikan beberapa kursi menteri jika menang dalam Pilpres 2024 nanti.

"Skenarionya memang akan seperti itu, tapi pasangan yang diusungnya (Prabowo-Puan) tidak ada kelompok Islam, " ujar Ujang kepada Katadata pada Senin (29/11).

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan cukup sulit untuk mengusung Prabowo karena tersandera pemilih yang anti Prabowo. Hal ini lantaran berdasarkan catatan IPO sebanyak 17% publik mengkonfirmasi tidak akan memilih Prabowo.

Selain itu sejak 2014 Prabowo disebut kesulitan untuk memperoleh angka maksimal.Menurut Dedi, hal ini karena pemilih Gerindra tidak sesolid PDIP, sementara pada Pilpres 2024 nanti mulai muncul nama Sandiaga Uno yang populer dan memiliki basis dukungan seperti Relawan Kawan Sandi (RKS). Terlebih suara anti Prabowo juga disebutnya cukup tinggi.

"Kondisi itu bisa pengaruhi perolehan suara Prabowo, jika hendak berhitung, bisa saja Sandiaga Uno jauh lebih potensial dibanding Prabowo," ujar Dedi kepada Katadata pada Senin (29/11).

Wacana koalisi Gerindra dan PDIP baru-baru ini didengungkan oleh Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani pada Minggu (28/11). Ia mengatakan kedepannya Gerindra ingin bekerja sama dengan PDIP untuk  membangun Indonesia. Muzani menambahkan saat ini cita-cita Gerindra yang belum terwujud adalah untuk menjadikan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia. Atas hal tersebut Muzani berharap dapat bekerjasama dengan PDIP untuk mencapai cita-cita tersebut.

"Secara geografis Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk sebesar 270 juta dan sekitar 17 ribu pulau, tidak mungkin satu kekuatan bisa mengjangkau seluruhnya. PDIP dan Gerindra adalah kekuatan besar," ujar Muzani dalam keterangan resmi. 

Berdasarkan survei Center for Political Communication Studies (CPCS) pada Juni 2021, Prabowo mendapat perolehan suara sebanyak 12,0% sebagai capres di kalangan anak muda. Prabowo berada diposisi tiga di bawah Ridwan Kamil pada posisi pertama dengan perolehan 16,0% dan Ganjar Pranowo pada posisi kedua dengan perolehan 17,7%.

Survei Litbang Kompas yang pada 26 September–9 Oktober 2021 menunjukkan nama Prabowo Subianto bertengger di urutan teratas. Namun, menurut survei tersebut, basis dukungan Prabowo dari kalangan generasi muda mengalami penurunan dalam waktu enam bulan terakhir.

Pada April 2021, dukungan bagi Prabowo dari kaum muda masih cukup tinggi, yaitu 21,4%. Namun, angkanya merosot pada survei kali ini menjadi hanya 17,4%. Sementara pada kelompok pemilih pemula, basis pendukung Prabowo juga mengalami penyusutan dari 27,4% pada April 2021 menjadi 13,7% saat ini.

Reporter: Nuhansa Mikrefin