Penurunan status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jakarta dari level 2 ke level 1 di awal November lalu berdampak besar terhadap jumlah penumpang moda mass rapid transit (MRT).
Berdasarkan data MRT Jakarta, jumlah penumpang MRT pada 1-29 November mencapai 872.925 orang. Angka tersebut naik 23,3% dibandingkan yang tercatat pada bulan sebelumnya sebanyak 707.854 orang.
Secara harian, moda transportasi yang menghubungkan Bundaran Hotel Indonesia-Lebak Bulus di Jakarta itu mengangkut penumpang sebanyak 30.101 orang, meningkat 31,8% dibandingkan 22.834 orang.
Jumlah penumpang MRT di bulan November adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini, baik secara kumulatif maupun harian.
Jumlah penumpang MRT di November lebih tinggi dibandingkan yang tercatat pada Mei yakni 744.488 orang dan April 710.803, saat Indonesia belum memasuki gelombang Covid-19 kedua.
Sebagai informasi, jumlah penumpang MRT mencapai titik terendah di tahun ini pada Juli yakni 134.053 orang, atau 4.324 orang per hari. Pada periode tersebut, Jakarta memberlakukan PPKM Darurat menyusul lonjakan kasus selama gelombang Covid-19 kedua.
Artinya, kenaikan jumlah penumpang MRT pada November mencapai 596% dibandingkan pada puncak pandemi gelombang II di Juli.
Sepanjang tahun ini, jumlah penumpang MRT mencapai 6.043.079.
Kenaikan penumpang MRT merupakan salah satu indikasi naiknya mobilitas masyarakat ke tempat kerja mengingat moda tersebut menghubungkan simpul-simpul perkantoran di DKI Jakarta.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P. Sabandar mengatakan penumpang MRT kemungkinan besar akan kembali turun pada Desember.
Penurunan terjadi menyusul akan diberlakukannya PPKM Level 3 di Jakarta selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru)
Penerapan PPKM Level 3 selaam Nataru akan membuat mobilitas masyarakat terbatas sehingga jumlah yang bepergian akan berkurang.
"Kita sudah antisipasi akan turun di Desember. Penumpang tinggi kemungkinan sampai di November," tutur William pada saat media briefing, Selada (30/11).
MRT sebelumnya menargetkan jumlah penumpang harian sebanyak 65 ribu untuk tahun ini. Namun, pandemi Covid-19 yang memburuk di Juli membuat target tersebut tidak tercapai.
"Second wave itu membuat ridership (angka keterangkutan) sangat terpukul. Second wave (Covid) bahkan lebih bera dari pada first wave (tahun 2020),"tambah William.
Untuk tahun depan, MRT menargetkan bisa mengangkut 45 ribu orang per hari. Target tersebut diharapkan bisa tercapai sejalan dengan membaiknya kondisi Covid-19 serta meningkatnya mobilitas masyarakat.
Untuk melayani penumpang dan warga Jakarta, MRT juga terus mengembangkan layanan termasuk dengan menyediakan co-working space di Stasiun Bundaran HI.
Sampai dengan Desember, masyarakat di DKI Jakarta bisa menikmati co-working space tersebut secara gratis. Jam operasional dibuka pada 0900-1800 WIB selama Senin-Minggu.
Nantinya, MRT akan menyewakan co-working space dengan tarif Rp 50 ribu per jam untyk live box dan Rp 250 ribu untuk ruang rapat.
MRT tengah menyiapkan fasilitas serupa di Stasiun Blok M BCA.
MRT juga akan menyediakan business space-lounge yang berkapasitas 35 orang untuk bekerja, relaksasi, ataupun menggelar rapat.