Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengeluhkan rendahnya tingkat pengeluaran turis asing di Indonesia, terutama Bali, dibanding di sejumlah negara di kawasan Asia.
Belanja turis asing di Indonesia lebih kecil dibandingkan negara tetangga yakni Malaysia apalagi Jepang.
"Data pada 2018, pengeluaran turis asing per malam Indonesia ini menunjukkan, kita paling rendah dengan Malaysia. Kita masih rendah dengan Jepang dan seterusnya," kataLuhut, dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas, Rabu (1/12).
Tingkat pengeluaran turis asing di Pulau Bali hanya mencapai US$ 125 (Rp 1,7 juta) per malam.
Bandingkan dengan tingkat pengeluaran turis mancanegara di Kuala Lumpur, Malaysia mencapai US$ 145 (Rp 2,07 juta) dalam satu malam.
Kemudian, pengeluaran turis di Osaka, Jepang satu malam sebesar US$ 223 (Rp 3,1 juta). Bahkan, di negara tetangga Singapura, pengeluaran turis mancanegara menembus US$ 272 (Rp 3,9 juta) per malam.
Oleh karena itu, ia mendesak adanya perubahan paradigma terkait strategi dalam menggaet turis asing.
Salah satunya adalah melalui konsep pariwisata berbasis kualitas bukan kuantitas seperti yang selama ini diterapkan.
"Wisatawan asing berpengeluaran tinggi lebih diutamakan dibandingkan jumlah wisatawan dengan pengeluaran rendah," katanya.
Lima destinasi pariwisisata super prioritas
Selain persoalan rendahnya belanja turis asing, Luhut juga mengatakan pariwisata di Indonesia masih sangat terkonsentrasi di Bali.
Sejak 2015-2019, kunjungan wisman ke Bali terus meningkat dengan kontribusi sebesar 63,4% terhadap total kunjungan wisman ke Indonesia.
Untuk menggiatkan pariwisata di tempat lain, pemerintah akan terus melanjutkan pengembangan lima destinasi pariwisisata super prioritas (DPSP).
Adapun, lima Destinasi Super Prioritas di Indonesia, yaitu Borobudur, Likupang, Mandalika, Danau Toba, dan Labuan Bajo.
Luhut pun meminta agar proyek lima DPSP dikerjakan dengan serius.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan tersebut menjelaskan jika percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas berhasil dijalankan dengan baik, maka akan memiliki dampak yang besar terhadap sektor pariwisata dan perekonomian Indonesia.
"Jadi kalau kita tidak bisa detail memeriksa satu persatu percuma saja. Kita tidak bisa hanya lip service saja," kata Luhut.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanaan tersebut mengatakan tujuan utama dari pengembangan lima DPSP ini yakni akselerasi pengembangan pariwisata dengan menitikberatkan konsep pariwisata berkualitas.
Berdasarkan hasil Rakornasi Pengembangan Lima DPSP 2020, telah disepakati 101 isu untuk dapat diselesaikan hingga 2022, sebagai upaya percepatan pembangunan lima DPSP.
Dalam perkembangannya, sebanyak 14% isu telah selesai, 54% isu sedang berjalan, 20% isu masih dalam pembahasan, dan 12% isu tertahan penyelesaiannya.
"Saya mohon para Gubernur, kita sama-sama menyelesaikan ini. Karena ini tidak bisa diselesaikan sendiri," kata dia.
Tiga faktor utama yang menyebabkan tidak dapat selesainya isu-isu tersebut antara lain, pembebasan lahan, refocusing anggaran untuk Covid-19, dan pekerjaan yang dilakukan secara multiyears.
Luhut mengatakan, fokus pengembangan lima DPSP di 2022 berfokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM), menorong investasi, dan pengembangan/pengelolaan dengan prinsip ekonomi biru, hijau dan sirkular.
Selain itu, pemerintah akan menyiapkan skema investasi dan promosi lima DPSP dan dasar hukum untuk percepatan pengembangan lima DPSP.
Pemerintah juga telah membuat platform untuk mengevaluasi setiap progress pembangunan di masing-masing destinasi wisata.
Lebih lanjut, ia meminta pembangunan G-Land Banyuwangi dipercepat. Luhut meminta agar tahun depan proyek tersebut sudah bisa dikerjakan dan diselesaikan.
"G-Land di Banyuwangi saya dorong juga supaya jadi towernya. Akhirnya kami sepakat kemarin dengan menteri PUPR tower G-Land harus dibangun tahun depan, sehingga bulan April tahun depan surfing league sudah bisa dilaksanakan," ujar dia.