Pemerintah memberlakukan masa karantina selama 10 hari bagi warga negara Indonesia (WNI) yang baru kembali dari luar negeri. Karantina bisa dilakukan atas biaya sendiri di hotel.
Namun, banyak WNI yang baru kembali ke Tanah Air dan hendak karantina di hotel mengeluh karena sulitnya mencari hotel dan mahalnya biaya karantina.
Keluhan salah satunya disampaikan Amelia. Pegawai Negeri Sipil di salah satu kementerian tersebut baru saja kembali dari Brisbane, Australia, untuk menuntaskan studi masternya pada 7 Desember lalu.
Dia terpaksa mengeluarkan uang sebesar Rp 8,2 juta untuk melakukan karantina di sebuah hotel di Mangga Dua, Jakarta Pusat.
Biaya Rp 8,2 juta termasuk untuk dua kali tes PCR, ongkos jemput dari bandara, makan tiga kali sehari, serta laundry lima helai baju per hari.
Dia sudah memesan hotel jauh-jauh hari sebelum pulang ke Indonesia. Hal itu untuk mempersingkat waktu pemeriksaan di bandara Tanah Air.
Barcode dan bukti bookingan hotel nantinya harus ditunjukan di pos pemeriksaan terminal kedatangan.
"Itu saja sudah termasuk hotel yang sangat murah dibandingkan yang lain,"tuturnya kepada Katadata, Senin (20/12).
WNI yang baru pulang seperti Amelia sebenarnya bisa melakukan karantina secara gratis di Wisma Atlet. Namun, antrian untuk masuk ke wisma tersebut sangat panjang. Pertimbangan kesehatan juga membuatnya memilih melakukan karantina di hotel.
"Di Wisma kan satu kamar diisi dua orang. Saya pulang kan mau ketemu orang tua jadi saya tidak boleh bawa virus dan menularkan ke orang tua,"tambahnya.
Menurutnya biaya yang dikeluarkan Rp 8,2 juta untuk karantina 10 hari sangat mahal. Terlebih, rate hotel tempat dia menginap hanya berkisar Rp 300 ribu-400 ribu untuk menginap dua hari satu malam bagi pengunjung biasa.
"Makanannya juga tidak enak. Standar sekali. Sementara kami tidak boleh memesan makanan dari luar. Kami hanya bisa pesan makanan dari hotel," ujarnya.
Berdasarkan Covid19.go.id, terdapat setidaknya 142 hotel yang dijadikan rujukan buat karantina di wilayah Jabodetabek.
Biaya karantina hotel sangat bervariasi hingga mencapai puluhan juta tergantung status bintang hotel tersebut.
Berdasarkan pantaian Katadata, salah satu biaya karantina termahal ada di Hotel Mulia, Jakarta Selatan. Hotel bintang lima tersebut menetapkan biaya karantina sebesar Rp 44 juta untuk kamar Junior Suite dengan okupansi dua orang.
Jika hanya diisi satu orang, biaya karantina berkurang menjadi 36 juta.
Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta, menetapkan biaya karantina sebesar Rp 20,3 juta jika satu kamar diisi dua orang. Biaya menurun menjadi Rp 13,7 juta jika kamar tersebut hanya diisi satu orang.
Mahalnya biaya karantina di hotel juga dikeluhkan Gaganawati Stegmann. WNI yang selama ini tinggal di Jerman tersebut mengaku terbebani dengan besarnya biaya karantina di hotel.
Dia harus mengeluarkan biaya Rp 9,8 juta untuk melakukan karantina di sebuah hotel dekat Bandara Soekarno-Hatta.
Bukan hanya mahal, dia juga mengeluhkan susahnya mencari hotel untuk melakukan karantina. Dia menghubungi 10 dari 64 hotel rekomendasi dari PHRI (Perhimpunan Hotel Republik Indonesia).
"Ada 10 yang saya hubungi. Cuma dapat satu itu seharian dari pagi sampai jam 11 malam. Mana di Jerman beda enam jam lagi dengan Indoneia. Semua hotel penuh, kecuali hotel bintang tiga ke atas," ujarnya.
"Mana ga ada air dan snack. Nyesek banget. Itu uang sakuku sebulan,"tambahnya.
Dari penelusuran Katadata, sejumlah hotel memang mengakui ada lonjakan permintaan untuk karantina menjelang libur Natal dan Tahun Baru.
Beberapa dari mereka sudah dibooking untuk persiapan karantina Nataru.
Baik Amelia dan Gana mengatakan pengawasan dari hotel selama karantina sangat ketat. Mereka tidak diperkenankan keluar kamar dan diawasi. Paspor mereka juga ditahan selama karantina sebagai jaminan.
Mahalnya biaya karantina di hotel tersebut itulah yang membuat puluhan WNI yang baru kembali ke tanah air rela antri dan menunggu giliran masuk ke Wisma Atlet.
Video yang beredar memerlihatkan puluhan orang mengular di pos imigrasi Bandara Soekarno-Hatta. Mereka menunggu hingga lebih dari 10 jam tanpa kejelasan.
Mereka mengakui ditawari calo beberapa hotel untuk menjalani karantina dengan biaya mencapai Rp 19 juta.