Berbagai obat terapi untuk Covid-19 tengah dikembangkan perusahaan farmasi. Pada Rabu (22/12), Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (US FDA) mengizinkan penggunaan darurat pil antivirus corona oral milik Pfizer yakni Paxlovid untuk orang berusia 12 tahun ke atas.
Paxlovid menjadi pil antivirus Covid-19 pertama yang mendapat izin penggunaan sebagai pengobatan untuk pasien gejala ringan dan sedang. Obat itu juga digunakan untuk pasien berisiko tinggi, seperti risiko rawat inap dan kematian.
"Paxlovid harus diminum segera setelah diagnosis Covid-19 dan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala," demikian tertulis pada keterangan FDA, dikutip Kamis (23/12).
Pil diminum setiap 12 jam selama lima hari dan memerlukan resep dokter. Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA Patrizia Cavazzoni mengatakan, Paxlovid dapat digunakan untuk melawan Covid-19 di tengah penyebaran varian baru Omicron. "Ini langkah yang besar dalam melawan pandemi global," ujar dia.
Mengutip dari Reuters, keputusan BPOM AS ini terbit ketika AS menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron. Sementara, Presiden Joe Biden berencana mendorong vaksinasi kepada masyarakat.
Data uji klinis perusahaan menunjukkan, Paxlovid hampir 90% efektif dalam mencegah rawat inap dan kematian pada pasien dengan risiko penyakit parah. Pfizer mengatakan, data terbaru menunjukkan obat tersebut efektif melawan Omicron.
Senior di Johns Hopkins Institute for Health Security Amesh Adalja mengatakan, persetujuan Paxlovid menjadi tonggak utama untuk mengendalikan Covid-19. Namun, masih ada dua masalah utama yang tersisa.
"Obat ini akan langka dalam beberapa minggu mendatang. Kemudian, penggunaan optimalnya memerlukan diagnosis cepat," ujar dia. Diagnosis itu bisa menjadi masalah lantaran perlu pengujian secara terus-menerus.
Sejauh ini, Pfizer telah mengizinkan produsen generik untuk memasok obat ke 95 negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui perjanjian lisensi dengan Medicines Patent Pool, kelompok kesehatan masyarakat internasional. Raksasa farmasi itu juga meningkatkan proyeksi produksi tahun depan dari 80 juta menjadi 120 juta program pengobatan. e AS.
Koordinator Respons Covid-19 Gedung Putih Jeff Zients mengatakan, pemerintah AS akan memiliki pasokan untuk 265 ribu terapi pada Januari. Pemerintah Negeri Paman Sam berharap dapat menerima tambahan untuk 10 juta terapi yang telah dipesan dalam waktu enam bulan.
Sementara, Pfizer memiliki pasokan Paxlovid untuk 180 ribu kali terapi yang siap dilaksanakan tahun ini. Adapun, kontrak pemerintah AS dihargai US$$ 530 per terapi atau setara Rp 7,5 juta.
Sebagai perbandingan, Kementerian Kesehatan menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk obat terapi bagi pasien terinfeksi virus corona Covid-19. Harga obat paling mahal adalah Intravenous Immunoglobulin (IVIG) 10% 50 ml, yakni Rp 6,17 juta per vial. Harga tertinggi untuk IVIG 10% 25 ml sebesar Rp 3,96 juta per vial, sedangkan IVIG 5% 50 ml tercatat sebesar Rp 3,26 juta per vial.
Ahli penyakit menular terkemuka dari Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner mengatakan, Paxlovid dapat mengisi celah pengobatan terhadap Omicron. Hal ini karena perawatan antibodi monoklonal yang paling banyak digunakan untuk Covid-19 terbukti kurang efektif dalam memerangi varian tersebut.
Antibodi monoklonal biasanya diberikan melalui suntikan di rumah sakit, namun tidak tersedia secara luas. Selain itu, harga terapi antibodi monoklonal dua kali lipat lebih tinggi dari pil Pfizer.
Sementara, pil saingan dari Merck & Co, Molnupiravir sedang ditinjau oleh FDA. Molnupiravir yang dikembangkan dengan Ridgeback Biotherapeutics dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian sebesar 30% dalam uji coba.