Dipicu Lonjakan Omicron, Kasus Covid-19 Dunia Cetak Rekor Baru

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlo Allegri/WSJ/cfo
Warga mengantri untuk tes penyakit virus korona (COVID-19) di Times Square saat pandemi COVID-19 di Manhattan, New York City, New York, Amerika Serikat, Senin (13/12/2021).
29/12/2021, 13.19 WIB

Penularan Covid-19 di dunia sedang melonjak signifikan jelang pergantian tahun. Bahkan, kasus baru corona mencapai rekor tertinggi  1.222.487 kasus pada Selasa (28/12).

Berdasarkan laman Worldometers, lonjakan kasus baru ini melampaui 23 Desember 2021 yakni 1.015.857. Adapun, Amerika Serikat menyumbangkan kasus terbanyak yakni 312.939 kasus baru.

Di posisi kedua adalah Prancis yang melaporkan 179.807 pasien baru serta Inggris dengan 129.471 orang. Spanyol berada di peringkat keempat dengan 99.671 kasus baru, di bawahnya adalah Italia dengan 78.313 pasien baru.

Sedangkan angka kematian pasien Covid-19 dunia pada 28 Desember mencapai 6.876 orang. Jumlah ini jauh berada di bawah rekor 17.540 pada 27 Januari 2021 lalu.

AS menyumbangkan lonjakan kematian pasien Covid-19 kemarin dengan 1.811 orang. Di bawahnya adalah Rusia yang melaporkan tambahan 935 orang dan Polandia dengan 549 meninggal dunia.

Adapun rekor kasus dunia terjadi di tengah kemunculan varian Omicron. Ahli bahkan memprediksi penularan dari mutasi ini akan membuat Amerika Serikat kesulitan saat memasuki tahun 2022.

Varian ini  sudah ditemukan di 89 negara berdasarkan data GISAID per 28 Desember 2021. Britania Raya memiliki kasus terbanyak, yaitu 40.326 kasus atau 61% dari total 66.073 kasus di dunia. AS berada di peringkat kedua dengan jumlah kasus sebanyak 12.570.

“Januari akan sangat sulit, orang harus mempersiapkan diri dengan infeksi,” kata Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown Dr. Ashish Jha dikutip dari CNN.

Hal tersebut juga diperparah dengan turunnya tingkat pemberian booster selama beberapa pekan terakhir. Jha mengatakan pemberian vaksin dosis lengkap dan tambahan bermanfaat untuk mencegah keparahan gejala Covid-19.

“Banyak orang yang belum mendapatkan vaksin akan berakhir sakit dan itu sangat menganggu,” katanya.

Meski demikian, ilmuwan juga berpendapat bahwa gelombang Omicron saat ini tak seperti serangan Covid-19 yang telah terjadi tahun lalu. Hal ini lantaran penularan varian yang ditemukan pada November lalu itu tidak terlalu parah.

Selain itu banyak pasien yang terkena varian ini menghabiskan waktu lebih cepat di rumah sakit.  “Adegan mengerikan setahun lalu dalam pandangan saya sudah menjadi sejarah,” kata professor kedokteran Regius di Universitas Oxford John Bell dikutip dari Sydney Morning Herald.