Vaksin Sinovac adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 atau COVID-19. Vaksin Sinovac yang dikenal juga dengan nama CoronaVac sudah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Selain mencegah inveksi, ada juga efek samping vaksin sinovac yang bisa dirasakan.
Pada awal peluncurannya, vaksin Sinovac yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd ini sudah melewati uji klinis fase ketiga yang dilakukan di Brazil, Turki, dan Indonesia. Uji klinis fase ketiga di Indonesia menunjukkan nilai efikasi vaksin, yaitu efek perlindungan terhadap Covid-19, sebesar 65,3%.
Melansir Medical News Today, CoronaVac adalah vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac Biotech, sebuah perusahaan farmasi yang berbasis di China dengan kantor pusat di Beijing. Perusahaan berfokus secara khusus pada pengembangan dan pembuatan vaksin untuk menargetkan penyakit menular pada manusia.
Vaksin kedua dosis ini direkomendasikan untuk yang berusia 18 tahun ke atas. Sinovac memiliki tingkat kemanjuran 50,4% untuk mencegah infeksi gejala. Menurut data dari percobaan di Brasil dan sebuah studi dunia nyata di Chili, efektivitas vaksin ini mencapai 67%.
Vaksin Sinovac divalidasi untuk Daftar Penggunaan Darurat atau Emergency Use Listing (EUL) oleh WHO per 1 Juni 2021. Prosedur EUL WHO untuk CoronaVac mencakup tinjauan keamanan dan kemanjuran vaksin, serta "inspeksi di tempat dari fasilitas produksi."
Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE), dewan penasihat utama WHO mengenai vaksin, juga meninjau vaksin sebagai bagian dari validasi EUL WHO. Pada 9 Juni, vaksin tersebut disetujui untuk digunakan di 26 negara.
Sebelum digunakan di Indonesia, vaksin Sinovac yang menunjukkan khasiat 65,3% sudah dinyatakan aman. Sinovac memiliki efek samping tetapi ringan dan reversibel.
Kekhawatiran terkait peningkatan antibodi-dependen (ADE), seperti yang banyak disebutkan di media sosial dan ditakuti, tidak terjadi dalam uji klinis Sinovac di Indonesia, Turki, dan Brasil.
CoronaVac merupakan vaksin yang mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Penyuntikan vaksin Sinovac akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak aktif ini dan memproduksi antibodi untuk melawannya sehingga tidak terjadi infeksi COVID-19.
Di dalam produk vaksin ini juga terkandung aluminium hidroksida sebagai bahan tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin.
Dosis dan Jadwal Pemberian Vaksin Sinovac
- Vaksin Sinovac dapat diberikan kepada orang berusia 18–59 tahun yang sedang dalam kondisi sehat. Vaksin akan diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak 14 hari. Dosis dalam sekali suntik adalah 0,5 ml.
- Pemberian vaksin Sinovac untuk lansia, yaitu orang berusia 60 tahun ke atas, dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak 28 hari. Dosis vaksin dalam sekali suntik adalah 0,5 ml. Penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia di atas 70 tahun masih dalam tahapan penelitian.
- Pemberian vaksin akan ditunda jika penerima sedang demam (suhu tubuh >37,5 °C) atau memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
- Vaksin Sinovac dapat diberikan kepada penderita diabetes melitus tipe 2 terkontrol dengan nilai HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5%.
- Vaksin Sinovac tidak boleh diberikan kepada penderita HIV yang memiliki nilai CD4 di bawah 200 atau yang nilai CD4-nya tidak diketahui.
- Pemberian vaksin untuk penderita penyakit paru-paru, seperti asma, PPOK, atau TBC, akan ditunda sampai kondisinya terkontrol. Pasien TBC dapat menjalani vaksinasi jika sudah mengonsumsi obat antituberkulosis selama minimal 2 minggu.
- Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu selain yang telah disebutkan di atas, konsultasikan dengan dokter untuk menentukan boleh tidaknya Anda menjalani vaksinasi.
Efek Samping Vaksin Sinovac
Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah menerima vaksin Sinovac adalah:
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat bekas suntikan.
- Demam.
- Badan terasa lelah.
- Nyeri otot.
- Sakit kepala.
- Mual.
- Muntah.
Efek Samping Serius Vaksin Sinovac
WHO mengidentifikasi dua efek samping serius yang mungkin terkait dengan vaksin, yakni mual serius dan gangguan neurologis langka yang dikenal sebagai ensefalomielitis diseminata akut. Ada juga satu diagnosis trombus (pembekuan darah) pada kelompok vaksin.
WHO juga mempertimbangkan data pasca-otorisasi dalam bentuk data keamanan yang dikumpulkan selama peluncuran vaksin di China. Di antara 5,9 juta orang yang telah menerima vaksin di China pada 30 Desember 2020, ada 1.453 efek samping yang dilaporkan.
Efek samping ini termasuk reaksi lokal berupa kemerahan dan pembengkakan di tempat vaksinasi. Ada juga 202 kasus demam, termasuk 86 tergolong parah. Meskipun ada 11 kasus gejala saraf wajah yang dilaporkan, penilai menyimpulkan bahwa ini tidak terkait dengan vaksin.
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tersebut tidak juga reda atau semakin parah. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi setelah menerima vaksin Sinovac.