Di masa pandemi, beberapa kata atau istilah dalam dunia medis menjadi sering digunakan, termasuk vaksin dan vaksinasi, yang mana menjadi upaya jitu pemerintah dalam memerangi penyebaran Covid-19.
Tapi, apa sebenarnya vaksin dan mengapa hal tersebut diperlukan di masa pandemi saat ini?
Apa itu Vaksin?
Meneruskan catatan biofarma.co.id, vaksin adalah antigen (mikroorganisma) yang sudah dilemahkan atau diinaktivasi.
Apabila diberikan kepada orang yang sehat, maka akan menimbulkan antibodi spesifik terhadap mikroorganisma tersebut. Sehingga, jika orang tersebut terpapar, mereka akan kebal dan tidak terserang penyakit.
Untuk membuat vaksin, diperlukan mikroorganisma, baik bakteri maupun virus, serta media tumbuh yang disimpan pada suhu tertentu. Selanjutnya, mikroorganisma yang tumbuh akan dipanen, diinaktivasi, dimurnikan, diformulasi dan dikemas.
Proses pembuatan vaksin harus menaati regulasi cara pembuatan obat yang baik (CPOB) atau dikenal juga sebagai Good Manufacturing Practice (GMP). Hal tersebut tak lain guna memastikan produk terjaga dalam kualitas yang baik.
Di samping itu, setiap lot yang diproduksi harus melewati dan lulus uji mutu serta jaminan mutu. Lot produk yang dihasilkan akan dilaporkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diperiksa. Jika sudah lulus, BPOM akan mengeluarkan sertifikat lulus uji untuk setiap lot vaksin.
Sederhananya, vaksin adalah "senjata" biologis yang sudah terjamin kualitasnya untuk membantu sistem imun manusia dalam melawan suatu penyakit.
Cara Kerja Vaksin
Vaksin bekerja dengan cara meniru terjadinya infeksi suatu penyakit. Mengutip Hello Sehat, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem imun akan memperlakukan vaksin layaknya organisme asing yang berpotensi menyerang tubuh.
Selanjutnya, sistem imun akan mengirim sel khusus untuk melawan vaksin. Dengan begitu, sistem imun akan membentuk memori atas kejadian tersebut. Sehingga, jika suatu saat organisme itu menyerang kembali, sistem kekebalan tubuh sudah siap untuk melawan.
Vaksin umumnya memerlukan pemberian dosis selama beberapa kali dengan jarak beberapa minggu atau bulan. Hal tersebut guna mengoptimalkan produksi antibodi di dalam tubuh serta perkembangan sel pengingat virus dan organisme lainnya penyebab penyakit.
Efek Samping Vaksin
Kendati bisa memunculkan efek samping ringan hingga parah, mengutip Center for Disease Control and Prevention (CDC), kebanyakan vaksin hanya menimbulkan efek samping ringan, seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri sendi, demam, sakit perut, mual, gatal, badan lemas, atau telinga berdenging.
Namun demikian, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum melakukan vaksinasi.
Vaksinasi Covid-19
Dalam hal pelaksanaan vaksinasi Covid-19, orang dewasa atau lansia yang tidak menadapatkan vaksinasi, apalagi mengabaikan protokol kesehatan, cenderung rentan untuk tertular dan jatuh sakit akibat Covid-19.
Mengutip covid19.go.id, Kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi hanya jika tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari BPOM.
Pelayanan vaksinasi Covid-19 dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau milik masyarakat/swasta yang memenuhi persyaratan.
Dalam pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia, pemerintah mengupayakan ketersediaan vaksin terpenuhi untuk setidaknya 208.265.720 penduduk untuk tercapainya kekebalan kelompok.
Upaya-upaya pengadaan vaksin ini dilakukan melalui perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral seperti COVAX Facility bersama GAVI dan WHO, ataupun donasi yang diberikan oleh negara-negara sahabat.
Masing-masing dari jenis vaksin ini memiliki mekanisme untuk pemberiannya, baik dari jumlah dosis, interval pemberian, hingga platform vaksin yang berbeda-beda, yakni inactivated virus, berbasis RNA, viral-vector, dan sub-unit protein.
Perdebatan Vaksin Covid-19
Perdebatan kerap muncul di masyarakat terkait efikasi dan efektivitas vaksin Covid-19. Beberapa kalangan menilai suntikan vaksin akan memberikan efek jangka panjang.
Lantaran itu ada masyarakat beranggapan akan lebih efektif mendapat kekebalan alami dengan menjadi penyintas Covid-19 dibandingkan mengikuti vaksinasi. Itu karena, keduanya dianggap memiliki efek jangka panjang terhadap tubuh.
Terkait hal tersebut, dokter pakar penyakit menular asal Amerika Serikat (AS), Faheem Younus menekankan efek jangka panjang yang ditimbulkan akibat vaksin adalah mitos. Faktanya, Covid-19 merupakan penyebab utama timbulnya efek samping bukan vaksin.
Younus juga melampirkan hasil penelitian terkait efek samping yang dialami penyintas Covid-19. Di mana, pasien Covid-19 yang dipulangkan dari rumah sakit, memiliki konsekuensi atau dampak kesehatan yang berbeda-beda.