Presipitasi adalah Jatuhnya Hujan, Pahami Proses dan Contohnya

Freepik
Presipitasi adalah jatuhnya hujan dalam siklus air
Editor: Safrezi
19/1/2022, 11.29 WIB

Dalam siklus hidrologi, terdapat fase presipitasi yang terjadi setelah kondensasi. Presipitasi adalah proses jatuhnya segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan) maupun padat (salju). Air hujan yang meresap ke dalam tanah sebagai air tanah disebut perkolasi.

Menurut buku Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer, jika tetes air tidak sampai ke permukaan, maka disebut virga. Gejala virga terjadi akibat tetes air yang akan jatuh sebagai hujan menguap kembali menjadi awan. Vigra banyak terjadi di daerah panas, seperti gurun pasir.

Hujan yang turun ke permukaan bumi mengenai tanah, danau, suang, laut, hutan, perkebunan dan sebagainya. Hujan yang turun dan langsung mengenai permukaan air sungai disebut intersepsi saluran (channel interception). Biasanya, air hujan mengandung unsur oksigen, nitrogen dan karbon dioksida.

Proses Terjadinya Presipitasi

Merangkum buku Pengendalian Pencemaran Lingkungan, presipitasi merupakan bagian dari siklus air, yaitu sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus.

Pada mulanya, awan mengalami adveksi, yaitu proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi.

Terjadinya proses presipitasi dimulai saat awan mencair akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada proses presipitasi, hujan akan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.

Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga mencapai nol derajat Celcius, proses presipitasi berpotensi menghasilkan salju. Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis, seperti pada daerah iklim sub tropis.

Berdasarkan buku Lingkungan Abiotik, proses presipitasi dapat dijelaskan dengan berbagai teori, dua di antaranya yang dapat menjelaskan dengan baik adalah proses kolisi-koalesensi (collision-coalescence process) untuk daerah latitudinal rendah (sekitar khatulistiwa) dan proses Bergeron (Bergeron process atau disebut juga proses kristal es) untuk daerah latitudinal tinggi.

Presipitasi dalam Proses Koalisi-Koalesensi

Merujuk pada buku Pengantar Meteorologi,  pada proses kolisi-koalesensi, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air melalui inti kondensasi. Ada beberapa titik air yang lebih besar dari yang lain karena tabrakan antara beberapa titik-titik air atau inti kondensasi yang dimiliki lebih kuat.

Titik-titik air yang besar ini bertabrakan (kolisi) dan bergabung dengan titik-titik air yang lebih kecil, sehingga membentuk tetes hujan. Pembentukan tetes hujan dipengaruhi oleh muatan listrik pada awan, titik-titik air, arus naik pada wan, ketebalan awan, dan jangkauan ukuran titik-titik air.

Presipitasi dalam Proses Bergeron

Pada proses Bergeron, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air di dasar awan melalui proses kolisi-koalesensi. Titik-titik air sebagian ada yang terdorong arus naik ek atas awan, kemudian titik-titik air ini mendingin.

Titik-titik air ada yang sebagian berubah menjadi kristal es dengan bantuan partikel-partikel yang disebut inti es. Tekanan uap jenuh kristal es lebih kecil dari tekanan uap jenuh titik-titik air. Akibatnya, titik-titik air menguap dan terdeposisi pada kristal-kristal es.

Kristal es akan membesar, bertabrakan, dan berkumpul sehingga membentuk salju. Presipitasi dari awan nimbostratus atau stratus biasanya terbentuk melalui proses Bergeron. Presipitasi yang turun dari awan kumulonimbus biasanya terbentuk dari campuran sebagian proses Bergeron dan kolisi-koalesensi.

Contoh Presipitasi

Contoh presipitasi yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Hujan

Hujan adalah cairan dalam bentuk tetesan yang telah mengalami kondensasi dari uap air atmosfer, kemudian menjadi cukup berat untuk jatuh karena gravitasi. Hujan adalah komponen utama dari siklus air dan bertanggung jawab untuk menyimpan sebagian besar air tawar di Bumi.

2. Hujan Es

Hujan es terbentuk ketika tetesan air membeku bersama di daerah atas awan badai yang dingin. Potongan es ini disebut batu es. Hujan jatuh sebagai air dan membeku saat mendekati tanah. Hujan es terbentuk oleh lapisan air yang menempel dan membeku di awan besar.

3. Salju

Salju adalah presipitasi dalam bentuk kristal es. Salju berasal dari awan yang mencapai suhu di bawah titik beku (0 derajat Celcius, atau 32 derajat Fahrenheit). Salju terbentuk ketika uap air di atmosfer mengembun dan menjadi es tanpa melalui tahap cair.

4. Hujan beku

Hujan beku terjadi ketika lapisan udara beku sangat tipis sehingga air hujan tidak memiliki cukup waktu untuk membeku sebelum mencapai tanah. Hujan beku terjadi saat salju yang turun bertemu dengan lapisan udara hangat yang mencairkan salju sepenuhnya dan menjadi hujan

5. Sleet (hujan campur es dan salju)

Sleet adalah bentuk presipitasi yang terdiri dari butiran es, sering bercampur dengan hujan atau salju. Sleet terjadi ketika kepingan salju hanya meleleh sebagian saat jatuh melalui lapisan udara hangat.

6. Virga (gerimis es yang mencair, berasal dari awan rendah)

Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan. Hal ini sangat umum terjadi di padang pasir dan di daerah beriklim panas. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan.