Produk Minuman Indonesia Ditargetkan Segera Masuk Supermarket Inggris

Kedutaan Besar Inggris
Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie Trevelyan dan Menteri Perdagangan RI M Lutfi setelah menggelar pertemuan JETCO, Rabu (22/2)
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Maesaroh
23/2/2022, 20.15 WIB

Pemerintah Inggris dan Indonesia hari ini, Rabu (23/2) menggelar pertemuan pertama  Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama atau JETCO. Pertemuan menggarisbawahi perlunya peningkatan nilai perdagangan kedua negara, terutama produk makanan dan minuman.

"Untuk makanan dan minuman serta komoditas pertanian, saya menantikan kemajuan yang memungkinkan produk  dari kedua negara bisa mendapatkan tempat di toko dan rak supermarket satu sama lain," tutur Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie Trevelyan dalam konferensi pers, Rabu (23/2).

Anne-Marie mengatakan tersebut setelah menggelar pertemuan dengan Menteri Perdagangan Indonesia M.Lutfi.

"Saya belum berani menargetkan angka (pedagangan Indonesia-Inggris di masa depan), tapi saya janji ini akan lebih besar (dari posisi saat ini). Saya yakin produk makanan dan minuman Indonesia bisa sangat populer di Inggris," tuturnya.

 Untuk mendukung peningkatan nilai perdagangan, Inggris telah menyediakan pembiayaan ekspor senilai US$ 4 miliar atau Rp 77 triliun bagi buyer Indonesia.

JETCO disepakati pada April 2021 sebagai forum dialog tahunan tingkat menteri untuk membahas isu-isu bilateral kedua negara dengan lebih intensif dan fokus.

JETCO juga memastikan hasil rekomendasi dari Joint Trade Review (JTR) dapat ditindaklanjuti.

Pada April lalu, Inggris dan Indonesia telah mengidentifikasi sembilan sektor potensial berikut hambatan dan peluang kerja samanya.

Di antaranya adalah pendidikan, makanan dan minuman serta produk pertanian, teknologi, obat-obatan dan pelayan kesehatan, infrastruktur dan transportasi, kayu dan produk kayu, energi terbarukan, jasa keuangan dan profesional, serta ekonomi kreatif.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan Indonesia dan Inggris mencapai US$ 2,57 miliar pada tahun 2021.

Nilai ekspor Indonesia ke Inggris mencapai US$ 1,48 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Inggris senilai US$ 1,09 miliar.

 

Sementara itu, Lutfi mengatakan ada tiga tantangan besar dalam meningkatkan nilai perdagangan dengan Inggris. 

 Tantangan pertama adalah potensi meningkatnya harga energi di Inggris. Hal ini berpotensi membuat produk keluaran Inggris naik karena meningkatnya biaya produksi. 

 Selain itu, Lutfi menyatakan ekonomi dunia akan terpengaruhi inflasi yang terjadi di beberapa negara ekonomi besar, seperti China dan Amerika Serikat.

Hal ini terjadi lantaran beberapa negara ekonomi besar puluh terlebih dahulu dan menyebabkan ketimpangan antara permintaan dan pasokan di rantai pasok global. 

 Terakhir, Lutfi berpendapat peningkatan biaya logistik yang belum berakhir sejak akhir 2020 masih akan berpengaruh. Bagi sebagian industri, biaya logistik saat ini telah naik lebih dari 10 kali lipat dibandingkan kondisi pra-pandemi. 

 Selain perdagangan, Inggris juga berkomitmen untuk meningkatkan investasi di Indonesia, terutama energi terbarukan, digital, serta transportasi.

Anne-Marie mengatakan perusahaan tertarik ikut serta dalam pengembangan proyek mass rapid transit (MRT) Jakarta ke depan.
Sebelum menggelar pertemuan dengan Lutfi, Anne-Marie sempat mengunjungi MRT Bundaran HI dengan ditemani Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Mereka membahas potensi kolaborasi antara Jakarta dengan Inggris dalam berbagai program terkait iklim, terutama Jakarta Net Zero.




Reporter: Andi M. Arief