Kesetaraan gender akan menjadi satu dari empat prioritas isu yang diusung Women 20 (W20) dalam Presidensi G20 di Indonesia. Co-chair W20 Indonesia 2022 Dian Siswarini mengatakan, kesetaraan gender bukan hanya semata-mata memberikan kesempatan kepada perempuan. Tetapi, kata Dian, kesetaraan gender mempunyai nilai ekonomi.
“Kalau ada perempuan, nilai ekonomi atau produktivitas perusahaan bisa naik. Ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh sejumlah pakar yang menyebutkan semakin tinggi kontribusi perempuan dalam dewan direksi maka keuntungan perusahaan tersebut akan semakin meningkat, Jadi ini membuktikan bahwa kesetaraan gender mempunyai nilai ekonomi,” kata Dian dalam webinar Women Leaders Forum 2022 di sesi “Road to W20: Are We Ready to Recover Together, Equally?” yang digelar Katadata, Selasa (8/3/2022).
Laporan penelitian McKinsey Global Institute bertajuk 'The Power of parity; How Advancing Women's Equality Can Add USD 12 Trilion to Global Growth' menyebutkan bahwa dunia dikelola secara lebih setara antara laki-laki dan perempuan, maka akan mendatangkan keuntungan senilai USD 12 triliun sampai 2025. Untuk Kawasan Asia Pasifik, dengan penerapan kesetaraan gender yang tepat, maka akan tercipta pertumbuhan hingga USD 4,5 triliun pada 2025.
Dian yang juga CEO XL Axiata mengungkapkan, kehadiran perempuan di bidang manajerial akan mendukung proses pengambilan keputusan yang lebih baik. Ini yang membuat XL Axiata terus berusaha untuk membentuk pemimpin perempuan di bidang teknologi.
“Dua dari enam board yang ada di XL Axiata adalah perempuan. Tingkat inklusivitas di level manajerial juga sudah mencapai 30 persen. Dibandingkan perusahaan teknologi serupa, apa yang sudah dilakukan XL Axiata dalam hal kesetaraan gender sudah lebih baik. Karena itu, XL Axiata ingin terus menerapkan inklusivitas dan kesetaraan gender serta menyebarkan best practice kepada perusahaan lain,” jelas Dian.
Dian menambahkan, pandemi memberikan efek besar terhadap perempuan. Secara global, 5 persen perempuan kehilangan pekerjaan di masa pandemi. Jumlah itu lebih besar dibandingkan jumlah laki-laki yang kehilangan pekerjaan yaitu 3,9 persen. Selain itu, perempuan juga mempunyai beban tambahan selama pandemi yaitu sebagai caregiver.
“Tanggung jawab perempuan di rumah tangga bertambah yaitu jadi caregiver. Jadi kalau ada anggota keluarga yang positif Covid-19 maka kaum perempuan yang yang akan menjaga. Ini juga yang membuat kaum perempuan membatasi kegiatan di dunia pekerjaan,” ungkap Dian.
Di Indonesia, tingkat partisipasi kerja perempuan pada tahun 2020 hanya 53,13 persen, dibandingkan laki-laki 82,41 persen. Angka ini relatif tak banyak beranjak selama dua dekade terakhir. Walaupun persentasenya terus naik, mengutip hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada 2020, porsi perempuan yang menduduki posisi manajerial di perusahaan hanya 33 persen.
Rendahnya porsi perempuan di tingkat pimpinan juga tampak jelas di kantor pemerintah. Meski persentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan terus mengalami peningkatan dan jumlahnya telah melampaui PNS laki-laki, sangat sedikit perempuan yang menduduki eselon I. Pada 2016, persentase PNS perempuan sebanyak 49,31 persen, meningkat menjadi 50,05 persen pada 2017, hingga mencapai 52,22 persen pada 2020.
Namun, pejabat eselon I perempuan malah makin sedikit. Pada 2016 ada 17,98 persen pejabat eselon I perempuan. Angka tersebut mengalami penurunan pada 2017 menjadi 15,21persen. Sempat meningkat pada tahun 2018 dan 2019, persentase perempuan yang menduduki posisi sebagai pejabat eselon I kembali menurun menjadi 16,58 persen pada 2020.