Jokowi: Perekonomian RI Terus Bergerak karena Tak Pernah Lockdown

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022).
22/3/2022, 11.26 WIB

Pemerintah berupaya menjaga keseimbangan kebijakan antara pemulihan ekonomi dan pengendalian Covid-19. Presiden Joko Widodo mengatakan, perekonomian Indonesia terus bergerak lantaran tidak ada pembatasan aktivitas dengan ketat.

Selain itu Indonesia juga menjadi salah satu negara yang berhasil menangani pandemi Covid-19.  Untuk itu, RI memiliki pondasi perekonomian yang semakin baik pada tahun ini.

"Perekonomian kita sepanjang tahun 2020-2021 juga terus bergerak, tidak pernah berhenti. Salah satunya karena tidak pernah lockdown," kata Jokowi dalam acara Economic Outlook 2022, Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (22/3).

 Meski begitu, Mantan Wali Kota Solo itu mengingatkan Indonesia masih menghadapi tantangan dan ketidakpastian global yang semakin meningkat pada 2022 ini. Apalagi, pandemi belum juga benar-benar berakhir.

Di sisi lain, perekonomian dunia masih belum pulih. Bahkan, kelangkaan energi, pangan, kontainer, serta inflasi yang tinggi terjadi di banyak negara di belahan dunia.

Belum lagi pada saat dunia mulai memulihkan perekonomian, perang antara Rusia dan Ukraina terjadi. Presiden menilai, konflik tersebut akan memperdalam krisis perekonomian dunia serta meningkatkan ketegangan politik global.  "Perang yang membuat pusing semua negara," katanya.

Buntutnya,  kenaikan harga minyak, gas, bahan baku pupuk, dan gandum akhirnya melanda dunia. "Inflasi tentu saja juga semakin meningkat," ujar dia.

Untuk itu, tantangan tersebut harus disikapi dengan sangat hati-hati. Jokowi mengatakan, perlu kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha. Selain itu, perlu kebijakan yang cepat dan tepat serta implementasi yang efektif.

"Yang jelas, masyarakat tidak boleh menjadi korban dari ketidakpastian global ini," katanya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah melihat perang Rusia dan Ukraina sebagai risiko yang sangat serius. Perang berdampak pada kenaikan harga komoditas, terutama energi dan pangan sehingga berisiko terhadap kenaikan inflasi domestik.

Suahasil mengatakan, perang Rusia dan Ukraina dapat berdampak terhadap ekonomi Indonesia lewat sejumlah saluran, di antaranya keuangan dan perdagangan. "Dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi juga  harus kita monitor dan antisipasi bersama, tentu dalam beberapa waktu kita akan melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di kuartal I ini," kata Suahasil.

Reporter: Rizky Alika