Menkes Optimistis September Indonesia Masuk Endemi

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/YU
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan paparannya dalam rapat kerja bersama Komisi IX di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/3/2022). Rapat tersebut membahas persiapan pemerintah dalam masa transisi pandemi menuju endemi COVID-19 sekaligus kebijakan pemerintah terkait vaksinasi sebagai upaya penanggulangan COVID-19.
23/3/2022, 18.50 WIB

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin optimistis status pandemi Covid-19 akan berubah menjadi endemi pada September mendatang. Namun agar hal itu dapat terwujud, perlu dipastikan tingkat reproduksi atau penularan virus berada di bawah satu, yang berarti satu orang miminal menyebarkan virus kepada satu orang lain.

Jika Indonesia bisa mencapai tingkat reproduksi di bawah satu pada akhir bulan ini, dan kondisi tersebut bertahan selama enam bulan ke depan, maka status pandemi dapat berubah menjadi endemi. “Jadi kalau Maret bisa di bawah satu, kita tarik enam bulan dari Maret,” kata Budi saat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (23/3).

Untuk saat ini, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kondisi Indonesia sudah mendekati tingkat reproduksi satu, setelah sempat terjadi puncak kenaikan pada September 2021, akibat gelombang varian Delta.  

Menurut World Health Organization (WHO), ada tiga indikator untuk menetapkan tingkat reproduksi virus di bawah satu, yaitu kasus konfirmasi positif Covid-19 sebesar 20 per 100 ribu penduduk, jumlah pasien Covid-19 yang masuk rumah sakit lima per 100 ribu penduduk, serta perbandingan kasus kematian mencapai satu per 100 ribu penduduk.

“Perubahan atau transisi dari pandemi ke endemi itu tidak benar-benar ilmiah ditentukan seperti apa, tapi itu sangat blur dan sangat abu-abu,” jelas Budi.

Perubahan status dari pandemi menjadi endemi nantinya akan diumumkan Presiden Joko Widodo, berdasarkan pertimbangan kesehatan, sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dari sisi kesehatan, Budi akan mengusulkan kepada Presiden pertimbangan tingkat reproduksi virus di bawah satu, yang diiringi dengan jumlah vaksinasi dosis kedua sudah mencapai 70% dari total populasi.

Berdasarkan data Kemenkes per Maret 2022, sebanyak 367 juta dosis vaksin telah disuntikkan selama 14 bulan terakhir. Dari jumlah tersebut, 194 juta orang sudah memperoleh dosis pertama, kemudian 155 juta orang mendapatkan dosis kedua, serta 17 juta orang telah menerima dosis ketiga atau booster. 

Menurutnya, WHO telah menargetkan sasaran 70% dari populasi dunia sudah memperoleh vaksin dosis kedua pada Juni 2022. Sementara saat ini, di Indonesia baru tercapai 57% penduduk yang memperoleh vaksin dosis kedua. “Jadi kita masih mengejar sekjtar 13% lagi. Nominalnya sekitar 34 juta dosis lagi untuk dosis dua,” ungkapnya.

Selain vaksinasi sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran virus, partisipasi masyarakat juga tak kalah penting dalam mendorong perubahan status pandemi menjadi endemi. Budi berharap masyarakat dapat lebih bertanggung jawab dalam menjaga diri, dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

“Sama seperti pilek. Kalau pilek, kita sudah tahu, kita tidak ke kantor sendiri, kita cari obatnya, minum obat sendiri. Kalau kita ada demam, kita ukur suhunya sendiri. Itu sangat diperlukan, kesadaran dan tangggung jawab masyarakat terhadap kesehatannya sendiri,” tutur Budi.

Reporter: Ashri Fadilla